Armenia-Azerbaijan Akhirnya Setujui Perjanjian Perdamaian

Jakarta, IDN Times - Armenia dan Azerbaijan, pada Kamis (13/3/2025), menyatakan sepakat soal perjanjian perdamaian. Persetujuan ini mengakhiri konflik berkepanjangan kedua negara pecahan Uni Soviet itu selama hampir 40 tahun terakhir.
Dalam beberapa tahun terakhir, Armenia-Azerbaijan terlibat serangkaian perseteruan. Ketegangan disebabkan oleh perebutan Nagorno-Karabakh oleh Azerbaijan dalam sebuah invasi skala besar pada September 2023.
1. Armenia khawatir terkait larangan tentara asing di perbatasan
Perdana Menteri (PM) Armenia, Nikol Pashinyan, mengaku khawatir meskipun semua sudah disetujui oleh kedua negara. Namun, ia menyebut bahwa perjanjian damai itu sudah siap ditandatangani.
"Satu dari dua ayat dalam perjanjian ini adalah tidak memperbolehkan pasukan dari negara ketiga di perbatasan. Selain itu, kekhawatiran lainnya mengenai penarikan klaim internasional dan berkomitmen tidak mengambil aksi provokasi satu sama lain," terangnya, dilansir CNN.
Ia menambahkan, tidak ada diskusi terkait dengan permintaan Baku terkait perubahan amandemen konstitusi di Armenia. Pashinyan mengklaim Armenia sudah tidak lagi memiliki klaim teritorial di Azerbaijan.
"Setelah keputusan Mahkamah Konstitusi Armenia tahun lalu, sudah jelas bahwa Konstitusi Armenia tidak lagi memiliki klaim teritori di Azerbaijan atau negara lain. Kami juga percaya bahwa Konstitusi Azerbaijan tidak memiliki klaim terhadap Armenia," tambahnya.
2. Azerbaijan minta Armenia hapus klaim teritori di negaranya
Menteri Luar Negeri Azerbaijan, Ceyhun Bayramov, mengumumkan bahwa dokumen perjanjian perdamaian Azerbaijan-Armenia sudah ditetapkan. Ia menyebut, masalah terakhir kedua negara sudah diselesaikan.
"Dua permasalahan yang menimbulkan jalan buntu dalam perumusan perjanjian perdamaian Armenia-Azerbaijan sudah diselesaikan. Armenia akhirnya menerima proposal yang dibuat oleh Azerbaijan," terangnya, dikutip RFE/RL.
Meskipun demikian, Bayramov menyebut bahwa Azerbaijan tidak akan menyetujui perjanjian hingga Armenia merevisi konstitusi di negaranya dan menghapus seluruh klaim teritori dalam hukumnya, termasuk mengenai Nagorno-Karabakh.
3. Uni Eropa sambut baik perjanjian perdamaian Armenia-Azerbaijan

Perwakilan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Kaja Kallas, menyambut baik finalisasi dokumen perjanjian perdamaian Armenia-Azerbaijan.
"UE menyambut baik pengumuman dari Armenia dan Azerbaijan untuk memfinalisasi dokumen negosiasi damai kedua negara. Kami mengharapkan kedua pihak untuk terus bekerja menuju ke arah ini dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya, dilansir Armenpress.
Ia mengatakan bahwa pengumuman ini menunjukkan langkah penting untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan jangka panjang di kawasan Kaukasus Selatan. Brussels mengaku akan ikut memastikan dan mengawasai persetujuan damai tersebut.