Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Umumkan Kasus Kematian Pertama Akibat Flu Burung di Louisiana

ilustrasi virus (unsplash.com/fusion_medical_animation)

Jakarta, IDN Times - Departemen Kesehatan Louisiana (LDH), pada Senin (06/01/2025), mengumumkan kematian pertama akibat virus flu burung atau dikenal sebagai H5N1 di Amerika Serikat.

Kasus itu ditemukan pada seseorang berumur diatas 65 tahun dari Louisiana yang dirawat karena gejala pernapasan parah pada 18 Desember. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan bahwa ia sebelumnya telah melakukan kontak dengan unggas sakit dan mati di belakang rumahnya.

1. Virus telah bermutasi di dalam tubuh pasien

Dilansir The Guardian, pejabat kesehatan mengungkap bahwa virus tersebut telah bermutasi di tubuh pasien, membuatnya menderita penyakit lebih parah. Namun, saat ini belum ditemukan kasus penularan antarmanusia dan menjadi satu-satunya kasus flu burung di Louisiana.

“Investigasi kesehatan masyarakat yang ekstensif yang dilakukan LDH tidak mengidentifikasi kasus H5N1 tambahan atau bukti penularan antarmanusia. Pasien ini tetap menjadi satu-satunya kasus H5N1 pada manusia di Louisiana,” kata LDH di media sosial, seraya mengatakan bahwa risiko kesehatan masyarakat umum saat ini tetap rendah.

Dilansir The Independent, mutasi memungkinkan virus mengikat ujung saraf di saluran pernapasan dengan lebih baik untuk menginfeksi. Namun, hal ini belum menjadi kekhawatiran.

Meskipun belum ada laporan penularan antarmanusia, para ahli khawatir bahwa virus H5N1 bermutasi menjadi lebih mematikan dan menular antarmanusia. Hal tersebut diungkapkan dalam jurnal ilmiah yang menyatakan bahwa kemungkinan hanya memerlukan satu mutasi lagi agar dapat menular antarmanusia.

2. Terdapat 66 kasus infeksi pada manusia di AS

Kasus infeksi flu burung di AS dilaporkan mencapai 66 kasus sejak April. Kebanyakan infeksi ditemukan di antara pekerja pertanian yang melakukan kontak dengan unggas atau sapi yang sakit. Namun, tidak ada kasus separah di Louisiana.

"Meskipun risiko kesehatan masyarakat saat ini bagi masyarakat umum masih rendah, orang-orang yang bekerja dengan burung, unggas, atau sapi, atau memiliki paparan rekreasi terhadap mereka, berada pada risiko yang lebih tinggi," kata LDH dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Al Jazeera.

Namun, kasus kematian akibat flu burung bukan sesuatu yang mengejutkan karena tercatat lebih dari 950 kasus flu burung ditemukan di seluruh dunia sejak 2003, dan lebih dari 460 orang di antaranya meninggal. Selain itu, virus flu burung juga menjadi ancaman serius dan merupakan virus mematikan.

Sementara itu, para peneliti masih terus berupaya mengukur tingkat bahaya dari jenis virus saat ini dan menentukan penyebab mengapa beberapa kasus dapat lebih parah dibandingkan kasus lainnya.

3. Ratusan sapi perah di California terinfeksi flu burung

California saat ini menjadi wilayah dengan kasus flu burung pada sapi perah terbanyak, dengan 701 kasus dari 910 di AS. Akibatnya, keadaan ini memaksa pihak berwenang di California mengumumkan keadaan darurat flu burung pada pertengahan Desember.

Selain itu, California juga tercatat ditemukan 70 kasus infeksi pada manusia. Namun, belum ditemukan adanya penularan antarmanusia dan kebanyakan berkaitan dengan hewan ternak.

“Proklamasi ini merupakan tindakan yang ditargetkan untuk memastikan lembaga pemerintah memiliki sumber daya dan fleksibilitas yang mereka butuhkan untuk menanggapi wabah ini dengan cepat,” kata Gavin Newsom, Gubernur California, dilansir AP News.

Sementara itu, keadaan darurat ini menyebabkan harga telur di California meningkat, naik dari 5,68 dolar AS (Rp91.696) menjadi 8,97 dolar AS (Rp144.809) pada Desember. Hal ini disebabkan oleh wabah flu burung yang telah memusnahkan banyak unggas di California sehingga menurunkan pasokan telur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Irfan
EditorMuhammad Irfan
Follow Us