Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

ASEAN Kini Bukan Cuma Mitra Ekonomi bagi Korsel Tapi Partner Strategis

Choe Wongi, Kepala Center for ASEAN-Indian di Institute of Foreign Affaris and National Security, di workshop FPCI dan Korea Foundation (Dok. FPCI)

Jakarta, IDN Times – Pakar hubungan internasional menilai, ada perubahan orientasi kebijakan luar negeri Korea Selatan terhadap kawasan Asia Tenggara di bawah pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol.

Sebelumnya, Korea Selatan melihat ASEAN sebatas mitra dagang dan investasi. Kini, ASEAN dilihat sebagai partner strategis untuk mewujudkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.

“Pemerintah Korea sebelumnya (Presiden Moon Jae In) punya kebijakan New Southern Policy (NSP), yang melihat ASEAN sebagai mitra ekonomi. NSP berhasil meningkatkan kesadaran publik Asia Tenggara terhadap Korea Selatan, dan meningkatkan hubungan Asia Tenggara setara dengan level negara adikuasa seperti Amerika Serikat, Jepang, dan China,” kata Choe Wongi, Kepala Center for ASEAN-Indian di Institute of Foreign Affaris and National Security.

“Tapi, Presiden Yoon kemudian mengumumkan kebijakan baru Korea Indo-Pacific Strategy dan Korea ASEAN Solidarity Initiative (KASI), yang elemen pentingnya adalah ingin lebih terlibat dengan ASEAN. Sehingga, ASEAN bukan hanya mitra ekonomi, tapi juga fokus pada keamanan dan perdamaian kawasan. Presiden Yoon ingin keterlibatan komprehensif di kawasan,” tambah Choe. 

1. Korea Selatan lebih aktif menanggapi isu keamanan di kawasan

Workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation pada Selasa (12/9/2023).

Pada pemerintahan sebelumnya, lanjut Choe, Korea Selatan tidak pernah menanggapi isu keamanan di kawasan Asia Tenggara. Tapi, baru-baru ini, pemerintah memberi tanggapan atas ketegangan China dengan Filipina di Laut China Selatan.

“Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam sejarah diplomatik memberi tanggapan atas ketegangan Laut China Selatan. Sekarang Korea lebih proaktif, tidak pasif lagi, dan berani bicara,” tutur Choe pada workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation pada Selasa (12/9/2023). 

Lebih lanjut, Choe menjelaskan bahwa kebijakan terkini Korea Selatan tidak lepas dari posisinya sebagai salah satu kekuatan baru di Asia.

“Sebagai 10 besar GDP, Korea tidak bisa hanya fokus pada isu ekonomi dan kerja sama strategis. Tentu saja itu penting. Tapi Korea harus lebih proaktif terhadap keamanan kawasan,” papar Choe.

2. Dukungan terhadap Asia Tenggara dari berbagai spektrum politik

Choe Wongi, Kepala Center for ASEAN-Indian di Institute of Foreign Affaris and National Security, di workshop FPCI dan Korea Foundation (Dok. FPCI)

Urgensi Korea Selatan terhadap Asia Tenggara juga bisa dilihat kepentingannya di kawasan yang semakin meningkat. Di sisi lain, menurut Choe, hampir semua spektrum politik di Korea Selatan mendukung pendekatan baru Presiden Yoon terhadap ASEAN.

“Situasi domestik Korea sangat terpolarisasi, khususnya terkait isu Korea Utara, Jepang, atau China. Tapi, di tengah polarisasi ini, ada satu isu yang menjadi konsensus berbagai pihak, yaitu kebijakan Korea Selatan terhadap Asia Tenggara,” katanya.

“Kami lihat secara politik, ekonomi, diplomatik, dan hubungan people to people, pentingnya ASEAN terhadap Korea Selatan terus meningkat, apalagi di tengah menurunnya ekonomi China, Asia Tenggara menjadi partner dagang nomor satu Korea. ASEAN sangat penting bagi Korea Selatan sebagai kekuatan baru di kawasan,” tambah dia.

3. Tujuan Korea Selatan bukan menandingi China

Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kiri) saat bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol di Seoul pada Sabtu (21/5/2022). (instagram.com/President Joe Biden)

Choe kemudian menanggapi analisis berbagai pakar, yang mengatakan bahwa Korea Selatan mendekati Asia Tenggara sebagai langkah untuk membendung determinasi China. Analisis itu diperkuat dengan pertemuan trilateral Amerika Serikat-Jepang-Korea Selatan di Camp David pada Agustus lalu.

“Perlu ditekankan bahwa kebijakan Korea di Indo-Pasifik bukan untuk menangkal China, bukan soal keberpihakan terhadap AS dan China, tapi soal Korea yang ingin memperluas keterlibatannya dengan negara kawasan, salah satunya adalah Asia Tenggara. Di dokumen Indo-Pasifik juga secara eksplisit mengatakan bahwa Korea tidak menyasar negara atau berpihak pada blok tertentu,” kata Choe.

“Jika kamu melihat isu di Semenanjung Korea, misalnya Korea Utara yang memperkuat nuklirnya, ini adalah ancaman bagi Korea Selatan. Kita tidak mengembangkan nuklir karena terikat dengan Non-Proliferation Treaty (NPT). Apa yang bisa Korea Selatan lakukan adalah memperkuat upaya untuk menahan Korea Utara agar tidak semakin provokatif,” paparnya menanggapi pertemuan tiga negara di AS.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us