Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Belarus Khawatirkan Penumpukan Pasukan NATO di Perbatasan

Bendera Belarus (twitter.com/BelarusMFA)
Bendera Belarus (twitter.com/BelarusMFA)

Jakarta, IDN Times - Presiden Belarus Aleksandar Lukashenko, pada Selasa (4/10/2022), khawatir dengan penumpukan pasukan NATO di perbatasan negaranya. Pernyataan itu diungkapkan di tengah relasi Belarus dengan beberapa negara tetangganya yang memanas.

Pada awal invasi, Ukraina menuding tentara Belarus terlibat dalam agresi militer Rusia. Akan tetapi, Minsk menolak tudingan tersebut dan sampai saat ini negara Eropa Timur itu memang tidak terlibat secara langsung dalam peperangan di Ukraina. 

1. Belarus menyebut Polandia dan Lithuania terus adakan latihan militer

Tank milik militer Belarus. (instagram.com/army__by)
Tank milik militer Belarus. (instagram.com/army__by)

Pernyataan di atas diungkapkan Lukashenko dalam acara pertemuan antarpejabat pemerintahan untuk membahas situasi politik dan militer. Pada acara tersebut, ia menyebut terdapat sekitar 25 ribu tentara telah ditempatkan di Polandia, Latvia, dan Lithuania. 

"Intensitas penerbangan di sekitar perbatasan kami tetap tinggi. Latihan tempur dan operasional aktif dilakukan, termasuk menggunakan pangkalan militer Pabrade di Lithuania. Area latihan itu hanya berjarak 15 kilometer dari perbatasan Belarus," tutur Lukashenko.

"Pada saat yang sama, di balik dukungan kepada Ukraina, sejumlah negara Eropa berencana mempersenjatai ulang tentaranya dengan senjata modern dan alat-alat tempur, kemudian menerjunkannya," sambungnya. 

Presiden berusia 68 tahun itu juga menyebut bahwa Polandia diketahui sebagai yang paling aktif dalam mempersenjatai pasukannya. Negara itu dituding mendirikan divisi di selatan menuju ke arah Belarus dan membangun pertahanan teritori di bagian utara negaranya. 

2. Belarus tuding Ukraina lakukan provokasi di perbatasan

Perbatasan Belarusia-Ukraina. (twitter.com/PavelLatushka)
Perbatasan Belarusia-Ukraina. (twitter.com/PavelLatushka)

Tak hanya itu, Presiden Lukashenko menuding Ukraina mengirimkan 15 ribu tentaranya ke perbatasan Belarus. Pendirian pasukan pertahanan dan observasi militer di sekitar perbatasan dianggap sebagai bentuk provokasi. 

"Ukraina tidak hanya membarikade dirinya sendiri, tapi juga membangun sebuah tembok. Berulang kali mereka melakukan observasi militer dengan radio, elektronik, dan optikal di teritori kami, pasukan, dan objek lain" kata Lukashenko, dikutip Reuters.

"Sering kali drone mereka melanggar perbatasan negara. Di saat yang sama, mereka khawatir dan menyebut jangan sampai Belarus dapat masuk. Bahkan, mereka melakukan provokasi itu secara berturut-turut," sambungnya.  

Dilaporkan Kyiv Post, Direktorat Intelijen Ukraina (HUR) melaporkan Belarus sudah siap menampung 20 ribu tentara Rusia dari mobilisasi militer. Pasukan itu akan menggantikan unit yang ditempatkan di Belarus dan rasio antara pasukan berpengalaman dan muda adalah 1 banding 5. 

3. Lukashenko sebut Belarus berperan sebatas memberi bantuan

Presiden Belarus, Aleksandar Lukashenko. (twitter.com/albertspahiu)
Presiden Belarus, Aleksandar Lukashenko. (twitter.com/albertspahiu)

Pada pertemuan itu, Lukashenko juga mengonfirmasi bahwa Belarus memang terlibat dalam perang Rusia-Ukraina. Namun, ia menegaskan bahwa keterlibatan itu tidak menerjunkan pasukan ke medan tempur. 

"Sejauh ini, kita memang berpartisipasi dalam operasi militer di Ukraina. Kami tidak menyembunyikannya. Namun, kami tidak membunuh siapapun. Kami tidak mengirimkan personel militer kami ke mana pun. Kami tidak melanggar komitmen kami," papar Lukashenko, dikutip Belta

"Partisipasi kami hanya sebatas mempertahankan agar konflik ini tidak menyeret ke teritori Belarus. Kedua, kami mempertahankan agar tidak ada serangan ke Belarus dari Polandia, Lithuania, dan Latvia di bawah penyamaran operasi militer. Seperti yang saya katakan, tidak ada yang akan menembak Rusia dari belakang lewat teritori Belarus," katanya.

Selain itu, Lukashenko juga mengakui bahwa negaranya memberikan bantuan medis ke warga Rusia dan Ukraina. 

"Kami menangani orang sebaik mungkin. Ya, kami memberi makan orang. Tidak hanya warga Rusia. Hampir semua yang kami beri adalah pengungsi, para warga miskin yang datang ke Belarus dari Ukraina sebanyak 400-500 orang per hari. Bagaimana kami tidak memberi mereka? Ini adalah partisipasi kami dalam operasi militer," tuturnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us