Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Kecam Negara yang Ucapkan Selamat atas Pemilu Taiwan

ilustrasi bendera China (pixabay.com/glaborde7)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri China dan kedutaan besarnya di seluruh dunia mengecam pemerintah asing yang mengucapkan selamat kepada Partai Progresif Demokratik (DPP) dan presiden terpilihnya, Lai Ching-te, atas kemenangannya pada pemilu Taiwan.

Usai Lai memenangkan pemungutan suara pada Sabtu (13/1/2023), beberapa menteri dan politisi di negara-negara yang memiliki hubungan hangat dengan Taipei mengirimkan pesan ucapan selamat.

Hal ini mendapat respons cepat Beijing, yang menyoroti kepekaan terhadap negara-negara lain yang dianggapnya memberikan legitimasi kepada kandidat dan partai politik yang dipandangnya sebagai kekuatan separatis, untuk mengubah Taiwan menjadi negara berdaulat yang independen.

Dilansir The Guardian, Lai memenangkan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk DPP yang pro-kedaulatan dalam pemilu, dengan meraih lebih dari 40 persen suara. Lai berjanji melanjutkan upaya kebijakan luar negeri presiden Tsai Ing-wen dalam menolak rencana reunifikasi yang digaungkan China. 

1. China minta pemerintah asing berhenti campuri urusan dalam negeri Beijing

China pada Minggu (14/1/2023) menggambarkan pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken, sebagai upaya mengirimkan sinyal yang sangat salah kepada pasukan separatis kemerdekaan Taiwan.

Pernyataan tersebut diungkap usai Blinken mengucapkan selamat kepada Lai dan mengatakan Washington berharap melanjutkan hubungan tidak resminya dengan Taipei.

"China selalu tegas menentang segala bentuk pertukaran resmi antara AS dan Taiwan, dan dengan tegas menentang campur tangan AS dalam urusan Taiwan dalam bentuk apa pun dan dengan dalih apa pun," bunyi pernyataan Kementerian.

Beijing juga mengecam pernyataan serupa yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, yang mengatakan bahwa pemilu Taipei merupakan bukti demokrasi Taiwan yang dinamis.

"Kami mendesak Inggris untuk mengakui posisi bahwa Taiwan adalah provinsi China, dengan hati-hati menangani masalah terkait Taiwan sesuai dengan prinsip satu China, menghentikan pernyataan apa pun yang mencampuri urusan dalam negeri China," ungkap kedutaan Beijing, dikutip Reuters.

Sementara itu, Kedutaan Besar China di Tokyo melayangkan protes diplomatik resmi, setelah Menteri Luar Negeri Jepang, Yoko Kamikawa, memberi selamat kepada Lai atas kemenangannya. Beijing menyebut hal tersebut sebagai campur tangan serius dalam urusan dalam negerinya.

2. Beijing bersikeras ingin reunifikasi China-Taiwan

ilustrasi bendera China (unsplash.com/Yan Ke)

Reaksi permusuhan China terhadap kemenangan Lai sudah diperkirakan secara luas. Partai Komunis yang berkuasa memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, meski tidak pernah menguasai pulau tersebut.

Presiden Xi Jinping telah memperjelas bahwa Reunifikasi China-Taiwan sebuah prioritas, dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuan tersebut. 

Negara komunis yang tidak pernah berhenti menggunakan kekuatan untuk menundukkan Taipei di bawah kendalinya, khawatir bahwa Lai akan mendeklarasikan berdirinya Republik Taiwan, meski Lai telah mengatakan hal tersebut tidak akan dilakukannya.

Pada Minggu, Kementerian Luar Negeri Taiwan menyebut klaim Beijing atas Taipei sama sekali tidak konsisten dengan persepsi internasional dan situasi lintas selat, serta bertentangan dengan harapan komunitas demokrasi global, dan keinginan rakyat Taiwan dalam menegaskan nilai-nilai demokrasi.

3. Beijing bakal tingkatkan tekanannya kepada Taiwan sebagai reaksi kemenangan Lai

Kandidat calon presiden Taiwan 2024, Lai Ching-te. (twitter.com/ChingteLai)

Analis senior China di International Crisis Group yang berbasis di Taipei, Amanda Hsiao, mengatakan bahwa Beijing kemungkinan akan bereaksi terhadap kemenangan Lai dengan meningkatkan tekanannya, terutama menjelang pelantikan pada Mei mendatang.

Dengan kemenangan DPP untuk ketiga kalinya berturut-turut, beberapa analis mengatakan Taiwan kemungkinan akan terus memperdalam hubungan dengan AS dan negara-negara demokrasi lain. Sementara Beijing mungkin akan semakin meningkatkan tekanannya terhadap Taipei.

Dalam beberapa tahun terakhir, negara komunis itu telah meningkatkan tekanan militer dan ekonomi terhadap Taiwan, sehingga memicu kekhawatiran dari para pengamat internasional terhadap konflik yang mungkin akan terjadi. 

Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mengatakan pada Jumat lalu, mereka berada dalam siaga tinggi dan siap untuk menghancurkan rencana kemerdekaan Taiwan.

Mengutip VOA, untuk mempertahankan tingkat tekanan yang tinggi terhadap Taiwan. Beijing dalam beberapa pekan terakhir melancarkan serangkaian tindakan untuk mempengaruhi pemilu di negara tersebut, dengan melakukan manuver militer dan sanksi yang menargetkan produk-produk Taiwan tertentu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us