Darnella Frazier, Remaja yang Filmkan Pembunuhan George Floyd

Jakarta, IDN Times – Kasus pembunuhan warga Amerika Serikat (AS) berkulit hitam, George Floyd, memasuki babak baru. Pada Selasa (20/4/2021) waktu AS, Derek Chauvin, mantan polisi Minneapolis yang menekan leher Floyd dengan lututnya dalam tragedi tahun lalu, akhirnya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan.
Putusan yang dibacakan Hakim Peter Cahill itu mengantarkan Chauvin untuk menghabiskan sisa umurnya di balik jeruji besi. Menurut NBC News, Cahill memutuskan Chauvin melanggar pembunuhan tingkat dua dan tiga, serta pembunuhan tingkat dua karena ketidaksengajaan (manslaughter).
Selanjutnya, dalam kurun waktu delapan minggu ke depan, Cahill akan membacakan vonis terdakwa dengan hukuman maksimal 75 tahun penjara.
Kejadian hari ini merupakan sesuatu yang sangat diapresiasi oleh warga AS dan dunia yang menuntut keadilan rasial. Namun, semua itu belum tentu akan terjadi tanpa peran dari Darnella Frazier, remaja yang merekam pembunuhan Floyd dengan ponselnya pada saat kejadian berlangsung.
1. Darnella Frazier berusia 17 tahun saat merekam pembunuhan Floyd

Kekerasan pada Floyd terungkap dan menjadi perbincangan dunia setelah sebuah video yang merekam kejadian itu menjadi viral. Dalam video itu terlihat bagaimana Chauvin meletakkan lututnya di leher Floyd selama sekitar sembilan menit.
Kekerasan pada Floyd itu terjadi pada Mei 2020. Ketika itu Frazier yang merekam kejadian itu berusia 17 tahun.
2. Bersaksi di persidangan Floyd

Menurut CBS News, Frazier juga bersaksi di persidangan Chauvin bulan lalu. Dalam kesempatan itu dia menuturkan perasaannya saat melihat Floyd menderita dan memohon untuk hidupnya.
Tak lama setelah hukuman Chauvin diumumkan, Frazier yang sekarang berusia 18 tahun, menulis di Facebook bahwa keadilan telah ditegakkan.
“Aku menangis begitu keras,” kata Frazier. “Satu jam terakhir jantung saya berdebar sangat kencang, saya sangat cemas, kecemasan meluap-luap.”
“Tapi untuk mengetahui BERSALAH PADA TIGA TUDUHAN !!! TERIMA KASIH TERIMA KASIH TERIMA KASIH TERIMA KASIH,” tambah Frazier. “George Floyd kita berhasil !!”
Aksi Frazier tersebut pun mendapat sambutan dan pujian dari berbagai kalangan, termasuk pengguna media sosial dan tokoh dunia.
3. Dipuji Presiden Biden dan tokoh dunia

Presiden AS Joe Biden turut menyampaikan pujiannya pada Frazier. Presiden ke-46 AS itu menyebut Frazier sebagai wanita muda pemberani dengan kamera smartphone.
Sementara itu, aktris Kerry Washington menyebut Frazier sebagai pahlawan. “Keberaniannya pada saat itu tidak boleh dilupakan. Kami memujimu Darnella,” tulisnya di Twitter.
Hal serupa juga disampaikan oleh Pete Souza, mantan fotografer Gedung Putih. “Darnella Frazier menunjukkan keberanian dan ketekunan dalam merekam apa yang dia tahu salah,” cuitnya di Twitter.
“Putusan ini tidak akan terjadi tanpa dia,” tambahnya.
4. Pembunuhan Floyd mengubah hidup Frazier

Insiden yang menimpa Floyd bukan hanya menarik perhatian dunia, tapi telah secara pribadi mengubah kehidupan Frazier, seperti yang dia katakan kepada jaksa penuntut Jerry Blackwell.
Frazier mengatakan bahwa ketika dia melihat Floyd, dia melihat kerabat dan temannya sesama orang kulit hitam.
“Mereka bisa jadi salah satunya,” katanya. “Ketika saya melihat George Floyd, saya melihat ayah saya, saya melihat saudara laki-laki saya, saya melihat sepupu saya, paman saya.”
5. Insiden George Floyd

Floyd, seorang pria kulit hitam, meninggal pada Memorial Day setelah Chauvin, yang berkulit putih, menekankan lututnya di leher Floyd selama lebih dari sembilan menit saat Floyd berteriak, “Saya tidak bisa bernapas” lebih dari 20 kali.
Tragedi ini bermula saat Floyd ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu. Uang yang ia gunakan senilai 20 dolar AS (Rp280 ribu). Laporan itu disampaikan pada 25 Mei siang, ketika Floyd membeli sebungkus rokok dari sebuah toko kelontong, Cup Foods. Pegawai toko melapor ke polisi karena meyakini uang tersebut palsu.
Dalam laporan ke 911 sekitar pukul 20.00, sang pegawai mengaku gerak-gerik Floyd mencurigakan. Dalam transkrip percakapan yang dirilis otoritas setempat, ia meminta Floyd mengembalikan rokok yang dibeli namun Floyd menolak.
Pegawai itu juga menduga Floyd tengah mabuk dan tidak dalam keadaan sadar. Tak lama setelahnya, sekitar pukul 20.08, polisi datang ke tempat kejadian dan menghampiri Floyd yang duduk di ujung luar toko.