Faktor Ekonomi Picu Lambatnya Pertumbuhan Populasi di Selandia Baru

Jakarta, IDN Times - Data Statistika Selandia Baru pada Senin (19/8/2024) menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi di negara itu hampir terhenti. Kenaikan populasi hanya sebesar 0,1 persen pada kuartal kedua, dengan populasi 5,3 juta jiwa yang hanya bertambah sebanyak 7 ribu orang.
Hal ini disebabkan karena banyaknya penduduk yang meninggalkan negara itu, dipicu oleh pertumbuhan ekonomi lesu, jumlah pengangguran meningkat, dan suku bunga tinggi, dilansir dari The Straits Times.
1. Lebih dari 131 ribu orang tinggalkan Selandia Baru
Laporan hingga Juni tahun ini menyebutkan, lebih dari 130 ribu orang meninggalkan Selandia Baru, termasuk sekitar 45 ribu orang menuju Australia. Angka ini merupakan jumlah tertinggi yang pernah tercatat dalam periode tahunan.
Para kritikus menyalahkan pertumbuhan ekonomi yang lambat, biaya hidup yang tinggi, dan krisis perumahan yang telah menyulitkan warga muda Negeri Kiwi untuk memiliki rumah. Serta, sedikitnya kesempatan kerja menyebabkan banyak warga yang beralih ke Australia, Inggris, dan negara lain
Selandia Baru menduduki peringkat tinggi dalam daftar tempat yang paling diminati di dunia untuk tinggal dan bekerja. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kedatangan telah diimbangi dengan jumlah keberangkatan.
Statistik menunjukkan bahwa dari mereka yang berangkat, 80.174 adalah warga negara, yang hampir dua kali lipat dari jumlah yang terlihat berangkat sebelum pandemik COVID-19.
2. Peluang pekerjaan yang lebih menjanjikan di Australia
Para ekonom juga memperkirakan melemahnya ekonomi menyebabkan berkurangnya jumlah warga negara asing yang ingin pindah ke Selandia Baru.
Australia telah merekrut dan menawarkan paket relokasi di bidang-bidang seperti keperawatan, kepolisian, dan pengajaran, di mana mereka kekurangan tenaga kerja terampil. Hal ini pun menarik minat warga Selandia baru, yang tidak memerlukan visa untuk bekerja di sana.
Pada saat yang sama, Selandia Baru telah melakukan perampingan yang signifikan terhadap layanan publik negara tersebut, sehingga banyak pekerja terampil yang mencari pekerjaan, Reuters melaporkan.
3. Fenomena emigrasi tidak bisa lagi dianggap remeh oleh Selandia Baru

Makalah penelitian Gareth Kiernan, konsultan ekonomi dari Infometrics, menyebut bahwa Australia menjadi lebih menarik.
"Daya tarik pendapatan yang lebih tinggi dan biaya hidup yang lebih terjangkau di Australia, telah dilihat sebagai pendorong utama meningkatnya arus orang," ungkapnya dalam makalah tersebut.
Kiernan mengatakan, isu warga yang meninggalkan Selandia Baru dan berbondong-bondong ke Australia bukan lagi hal yang bisa dianggap remeh bagi pemerintah. Menurutnya, gelombang perpindahan terlihat pada kelompok usia 25-44 tahun.
Di sisi lain, Bank Sentral Selandia Baru telah beralih dari mengkhawatirkan tentang imigrasi yang memicu inflasi menjadi kekhawatiran yang menguras otak karena emigrasi. Dalam pertemuan pada Agustus, pihaknya memperingatkan bahwa perlambatan imigrasi bersih, bersamaan dengan kebijakan moneter yang ketat dan penghematan pemerintah, dapat mengurangi permintaan.