Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hampir 3 Ribu Orang Tewas akibat Pertempuran Sengit di Kongo

ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)
ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)
Intinya sih...
  • Hampir 3000 tewas akibat pertempuran sengit antara pemberontak dan militer Kongo di kota Goma, Republik Demokratik Kongo (DRC).
  • Koalisi pemberontak Alliance Fleuve Congo (AFC) mendeklarasikan gencatan senjata, namun pertempuran sengit masih berlanjut di provinsi Kivu Selatan.
  • Situasi tidak stabil setelah Goma direbut oleh pemberontak, menyebabkan pengungsian massal dan meningkatnya krisis kemanusiaan di DRC bagian timur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa hampir tiga ribu tewas akibat pertempuran sengit antara kelompok pemberontak dengan militer Kongo di kota Goma, Republik Demokratik Kongo (DRC) bagian timur, pekan lalu.

Wakil kepala misi PBB di DRC, Vivian van de Perre, mengatakan bahwa sejauh ini, dua ribu jenazah telah dikumpulkan dari jalanan Goma, sementara 900 jenazah lainnya masih berada di kamar mayat rumah sakit di kota tersebut.

“Kami memperkirakan jumlahnya akan meningkat. Masih banyak jenazah yang membusuk di daerah tertentu," katanya dalam panggilan video dari kota Goma pada Rabu (5/2/2025), dikutip dari CNN.

1. Pertempuran sengit masih berlangsung terlepas dari gencatan senjata

Meski koalisi pemberontak Alliance Fleuve Congo (AFC), yang mencakup kelompok bersenjata M23, telah mendeklarasikan gencatan senjata mulai Selasa, PBB mengatakan bahwa pertempuran sengit masih berlanjut di provinsi Kivu Selatan.

“Di Bukavu, ketegangan meningkat ketika M23 bergerak semakin dekat, hanya 50 km di utara kota,” kata Van de Perre, seraya menyebut situasi di provinsi Kivu Selatan sangat memprihatinkan.

Pemberontak telah merebut sejumlah wilayah di bagian timur negara itu dalam beberapa pekan terakhir. Pemimpin kelompok tersebut juga telah menyatakan niatnya untuk merebut lebih banyak kota, termasuk ibu kota, Kinshasa.

2. Situasi di Goma masih tidak stabil

Van de Perre mengungkapkan bahwa situasi di Goma saat ini masih tidak stabil setelah kota itu direbut oleh pemberontak. Pemerintah DRC belum mengonfirmasi pengambilalihan Goma oleh pemberontak, namun mengakui kehadiran mereka di sana.

“Kami masih berada di bawah pendudukan (di Goma). Situasinya masih sangat fluktuatif dengan risiko eskalasi yang terus-menerus. Semua rute keluar dari Goma berada di bawah kendali mereka dan bandara, juga di bawah kendali M23, ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut," ujarnya, seraya menambahkan bahwa eskalasi kekerasan di kota tersebut telah menyebabkan pengungsian massal sekaligus meningkatkan krisis kemanusiaan.

Dilansir dari Anadolu, para pakar hak asasi manusia PBB, pada Kamis (6/2/2025), melaporkan bahwa sedikitnya 700 ribu orang di Goma dan sekitarnya terpaksa mengungsi sejak awal Januari. Mereka juga mengecam laporan tentang serangan tanpa pandang bulu, pembunuhan, kekerasan seksual, wajib militer paksa, dan penangkapan sewenang-wenang terhadap pengungsi.

“Meskipun ada gencatan senjata sepihak baru-baru ini, para pengungsi tidak memiliki tempat berlindung yang aman karena krisis kemanusiaan di Kongo bagian timur mengalami perubahan yang sangat mengkhawatirkan,” kata mereka dalam sebuah pernyataan, seraya mendesak komunitas internasional untuk melakukan intervensi segera.

3. Rwanda dituduh dukung pemberontak M23

DRC, negara yang memiliki populasi lebih dari 100 juta orang, telah dilanda kekerasan selama puluhan tahun. Konflik ini dipicu oleh ketegangan etnis serta perebutan tanah dan sumber daya mineral

Sejak 2022, M23, yang mengaku membela kepentingan komunitas minoritas, telah melancarkan pemberontakan baru terhadap pemerintah DRC. Mereka menguasai wilayah luas di Kivu Utara, yang berbatasan dengan Rwanda dan Uganda.

DRC, Amerika Serikat (AS) dan pakar PBB menuduh Rwanda mendukung M23. Namun, Kigali membantah klaim tersebut, meskipun mengakui bahwa mereka memiliki pasukan dan sistem rudal di bagian timur DRC untuk menjaga keamanan wilayahnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us