Houthi Tahan 20 Staf PBB dalam Penggerebekan Terbaru di Yaman

- Lebih dari 50 staf PBB telah ditahan oleh Houthi.
- Seorang pejabat PBB lainnya mengatakan bahwa para staf tersebut berasal dari beberapa badan PBB, termasuk Program Pangan Dunia (WFP), badan anak-anak (UNICEF), dan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
- Houthi tuduh staf PBB dan lembaga asing sebagai mata-mata
Jakarta, IDN Times - Kelompok Houthi telah menahan 20 staf di fasilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di ibu kota Yaman, Sanaa, pada Minggu (19/10/2025). Ini merupakan penggerebekan kedua terhadap gedung PBB di kota tersebut dalam kurun waktu 24 jam.
Jean Alam, juru bicara koordinator residen PBB di Yaman, mengatakan bahwa para staf ditahan di dalam kompleks yang berlokasi di distrik Hada, sebelah barat daya Sanaa. Mereka yang ditahan terdiri dari lima staf asal Yaman dan 15 staf internasional. Sebelas staf PBB lainnya sempat diinterogasi sebelum kemudian dibebaskan.
"PBB sedang berkomunikasi dengan otoritas di Sanaa, negara-negara anggota terkait, serta Pemerintah Yaman untuk menyelesaikan situasi serius ini secepat mungkin, mengakhiri penahanan seluruh personel, dan memulihkan kendali penuh atas fasilitasnya di Sanaa," ujar Alam, dikutip dari The New Arab.
1. Lebih dari 50 staf PBB telah ditahan oleh Houthi
Seorang pejabat PBB lainnya mengatakan bahwa para staf tersebut berasal dari beberapa badan PBB, termasuk Program Pangan Dunia (WFP), badan anak-anak (UNICEF), dan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). Selain menahan para staf, pasukan Houthi juga menyita seluruh peralatan komunikasi di dalam fasilitas tersebut, termasuk komputer, telepon, dan server.
Houthi telah melancarkan tindakan keras yang berkelanjutan terhadap PBB dan organisasi internasional lainnya yang bekerja di wilayah-wilayah yang dikuasai kelompok tersebut di Yaman, termasuk Sanaa, kota pesisir Hodeidah, serta markas utama mereka di provinsi Saada, Yaman utara.
Sejauh ini, puluhan orang, termasuk lebih dari 50 staf PBB, telah ditahan. Dilansir dari The Guardian, seorang pekerja WFP dilaporkan meninggal dunia di dalam tahanan di Saada awal tahun ini.
2. Houthi tuduh staf PBB dan lembaga asing sebagai mata-mata
Kelompok yang didukung Iran tersebut kerap menuduh staf PBB serta karyawan LSM dan kedutaan asing yang ditahan sebagai mata-mata Amerika Serikat (AS) dan Israel. Namun, PBB membantah tuduhan tersebut.
Tindakan keras Houthi mendorong PBB untuk menangguhkan operasinya di Saada setelah penahanan delapan stafnya pada Januari lalu. Mereka juga memindahkan koordinator kemanusiaan utamanya dari Sana’a ke kota pesisir Aden, yang menjadi markas pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional.
Perang saudara selama 10 tahun telah menjerumuskan Yaman ke dalam salah satu satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, menurut PBB. Jutaan warganya bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup.
3. PBB sebut tuduhan Houthi berbahaya dan tidak dapat diterima
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (16/10/2025), pemimpin Houthi, Abdelmalek al-Houthi, mengklaim kelompoknya telah membongkar salah satu sel mata-mata paling berbahaya, dan menuduh sel tersebut terkait dengan organisasi kemanusiaan seperti WFP dan UNICEF.
Dalam pernyataannya pada Sabtu (18/10/2025), juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, menyebut tuduhan itu berbahaya dan tidak dapat diterima.
“Kami akan terus menyerukan diakhirinya penahanan sewenang-wenang terhadap 53 rekan kami," ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.