Houthi Gerebek Kantor PBB di Yaman, 11 Staf Ditahan

- Sekjen PBB menuntut pembebasan 11 staf yang ditahan Houthi di Yaman.
- Perdana Menteri Houthi dan beberapa menteri tewas akibat serangan Israel.
- Israel dan Houthi tetap bersikeras lanjutkan permusuhan, Grundberg khawatir atas serangan terbaru Israel.
Jakarta, IDN Times - Kelompok Houthi menggerebek tiga kantor badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di ibu kota Yaman, Sanaa, dan menahan sedikitnya 11 staf pada Minggu (31/8/2025). Para pemberontak tersebut telah memperketat keamanan di seluruh Sanaa setelah Israel membunuh perdana menteri dan beberapa anggota kabinet mereka.
Kantor yang menjadi sasaran termasuk Program Pangan Dunia (WFP), badan anak-anak PBB (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Seorang pejabat PBB mengatakan bahwa pasukan bersenjata menggerebek kantor-kantor tersebut pada Minggu pagi dan menginterogasi para staf di area parkir.
Hans Grundberg, utusan khusus PBB untuk Yaman, mengecam penahanan para staf dan aksi masuk paksa ke dalam fasilitas PBB.
1. Sekjen tuntut pembebasan 11 staf PBB yang ditahan
António Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, juga mengecam keras tindakan Houthi serta menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat terhadap para staf yang ditahan. Ia mencatat bahwa sejak 2021, sejumlah staf PBB maupun mereka yang bekerja dengan LSM, masyarakat sipil, dan misi diplomatik telah ditahan secara sewenang-wenang di Yaman.
“Staf PBB dan mitranya tidak boleh menjadi sasaran, ditangkap, atau ditahan saat menjalankan tugas mereka untuk PBB. Perserikatan Bangsa-Bangsa akan terus bekerja tanpa lelah untuk memastikan pembebasan yang aman dan segera bagi semua individu yang ditahan secara sewenang-wenang," ujarnya, dilansir dari CN
2. Perdana menteri Houthi dan sejumlah menteri tewas akibat serangan Israel
Penggerebekan ini terjadi menyusul tewasnya Perdana Menteri Houthi, Ahmed al-Rahawi, dan beberapa anggota kabinetnya akibat serangan Israel pada Kamis (28/8/2025). Kelompok yang didukung Iran itu pun berjanji akan melakukan pembalasan.
Serangan Israel tersebut juga membunuh Menteri Luar Negeri Gamal Amer, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pembangunan Daerah Mohammed al-Medani, Menteri Listrik Ali Seif Hassan, Menteri Pariwisata Ali al-Yafei dan Menteri Informasi Hashim Sharafuldin. Wakil Menteri Dalam Negeri yang berpengaruh, Abdel-Majed al-Murtada, juga dilaporkan tewas.
"Mereka menjadi sasaran saat mengikuti lokakarya rutin yang diselenggarakan pemerintah untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerjanya selama setahun terakhir,” demikian pernyataan Houthi pada Sabtu (30/8/2025).
Seluruh korban dijadwalkan akan dimakamkan pada Senin di Lapangan Sabeen di pusat kota Sanaa, dilansir dari ABC News.
3. Israel dan Houthi tetap bersikeras lanjutkan permusuhan
Grundberg, utusan khusus PBB untuk Yaman, mengaku sangat khawatir atas serangan terbaru Israel di wilayah yang dikuasai Houthi.
“Yaman tidak boleh menjadi medan pertempuran bagi konflik geopolitik yang lebih luas,” ujarnya, seraya menyerukan deeskalasi.
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah beberapa kali mengebom posisi-posisi Houthi, menyusul serangan kelompok tersebut terhadap Israel dan kapal-kapal di Laut Merah. Houthi menyatakan bahwa aksi mereka merupakan bentuk protes atas perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 63 ribu warga Palestina sejak Oktober 2023. Mereka juga menegaskan tidak akan gentar menghadapi serangan Israel.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah bersumpah bahwa Houthi akan membayar mahal atas agresinya terhadap Israel. Ia mengatakan bahwa serangan pada Kamis yang menewaskan al-Rahawi hanyalah permulaan dari kampanye negaranya melawan kelompok tersebut.