Israel Akui Tembaki Ambulans di Gaza, 9 Petugas Medis Hilang

Jakarta, IDN Times - Militer Israel mengakui telah menembaki ambulans di Jalur Gaza pada Sabtu (29/3/2025). Insiden tersebut terjadi di lingkungan Tal al-Sultan, kota Rafah, Gaza Selatan pada Minggu (24/3/2025).
Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan sembilan petugas medis mereka masih hilang hampir seminggu setelah insiden. Badan pertahanan sipil Gaza masih hanya menemukan jasad pemimpin tim tersebut. Hamas mengecam kejadian ini sebagai pelanggaran hukum humaniter.
"Pembunuhan petugas penyelamat yang dilindungi oleh hukum humaniter internasional merupakan pelanggaran Konvensi Jenewa dan kejahatan perang," kata juru bicara Hamas, Basem Naim, dikutip dari Arab News.
1. Militer Israel klaim tembaki kendaraan mencurigakan
Militer Israel menyatakan pasukannya menembaki kendaraan yang dianggap mencurigakan di Rafah. Dalam pernyataannya, mereka mengklaim telah membunuh beberapa anggota Hamas dalam insiden tersebut.
Beberapa menit kemudian, kendaraan lain bergerak mendekati pasukan Israel dengan cara yang dinilai mencurigakan. Pasukan Israel merespons dengan menembaki kendaraan tersebut. Setelah penyelidikan, mereka baru menyadari bahwa beberapa kendaraan tersebut adalah ambulans dan mobil pemadam kebakaran.
Melansir CNA, Israel malah balik menyalahkan penggunaan ambulans oleh kelompok di Gaza untuk tujuan militer. Sementara, Hamas menyebut Israel telah melakukan pembantaian terhadap tim darurat medis di Rafah.
2. Nasib tim medis yang hilang belum diketahui

Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan sembilan petugas medis darurat mereka masih hilang. Organisasi tersebut mengecam Israel yang menghalangi upaya pencarian anggota tim mereka.
Sehari setelah serangan, badan pertahanan sipil Gaza kehilangan kontak dengan enam penyelamat dari Tal al-Sultan. Tim tersebut sebelumnya dikirim untuk menolong korban di area tersebut.
Pada Jumat (28/3/2025), jasad pemimpin tim ditemukan bersama kendaraan penyelamat yang hancur. Kendaraan Bulan Sabit Merah Palestina juga ditemukan dalam kondisi rusak parah tinggal rongsokan.
3. Petugas medis menjadi korban konflik

Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, mengkritik dampak serangan Israel terhadap warga sipil. Sejak 18 Maret 2025, serangan udara di area padat penduduk telah menewaskan ratusan anak dan warga sipil.
"Pasien terbunuh di tempat tidur rumah sakit. Ambulans ditembaki. Petugas medis dibunuh. Jika prinsip-prinsip humaniter masih berlaku, maka komunitas internasional harus membantu menegakkannya" kata Fletcher, dilansir The Guardian.
Medical Aid for Palestinians (MAP) juga mengumumkan kematian Osama Al-Bali, paramedis yang bertugas di klinik mereka di Gaza. Osama, istri, dan anak berusia 13 tahun tewas pada Kamis (27/3/2025) saat pasukan Israel menembaki tenda mereka di Beit Lahia, Gaza utara.
Data dari PBB mencatat setidaknya 1.060 petugas kesehatan telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023. Padahal, tenaga medis seharusnya mendapat perlindungan berdasarkan hukum internasional.