Italia Kecam Rusia atas Perintah Penangkapan Jurnalis RAI

- Menteri Luar Negeri Italia mengecam Rusia yang menetapkan dua jurnalis RAI sebagai buronan karena meliput area Ukraina di Kursk tanpa izin.
- Perintah penangkapan terhadap jurnalis Italia menyebabkan kemarahan di Italia dan kekhawatiran terkait kebebasan pers di Rusia.
- Italia akan terus mendukung Ukraina, termasuk dengan mengirimkan sistem senjata anti-misil Samp-T, meskipun berusaha menghindari risiko perang dengan Rusia.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Italia Antonio Tajani, pada Selasa (8/10/2024), mengecam Rusia yang menetapkan dua jurnalis Radiotelevisione italiana (RAI) sebagai buronan. Mereka digugat karena masuk ke teritori Rusia tanpa izin setelah meliput langsung area dudukan Ukraina di Kursk Oblast.
Hubungan Rusia-Italia sempat memanas di tengah masuknya jurnalis Italia yang ikut bersama tentara Ukraina di Kursk. Duta Besar Italia di Moskow, Cecilia Piccioni pun ikut membela jurnalis RAI tersebut dan mengklaim jurnalisme dan aktivitas media independen harus dibebaskan.
1. Tajani mengkhawatirkan kebebasan pers di Rusia
Tajani mengungkapkan permintaan ekstradisi Moskow kepada dua jurnalis itu memicu kemarahan di Italia. Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait dengan kebebasan pers di Rusia.
"Perintah penangkapan terhadap dua jurnalis RAI adalah salah satu bentuk lain persekusi kebebasan pers di Rusia. Pemerintah Italia akan terus berdiri untuk mempertahankan hak untuk melaporkan kondisi terkini secara independen," tutur Tajani, dikutip Euronews.
Masuknya jurnalis Italia ke Kursk itu terjadi di tengah inkursi mengejutkan militer Ukraina ke teritori Kursk Oblast pada pertengahan Agustus. Keduanya diketahui bernama Stefania Battistini dan juru kamera, Simone Traini.
Pada akhir September, Rusia kembali mengecam masuknya jurnalis Italia lainnya, Davide Maria De Luca. Ia diketahui bekerja untuk beberapa media di Italia, termasuk media beraliran kiri, Domani.
2. Italia kecam serangan Rusia yang targetkan warga sipil
Duta Besar Italia di PBB, Vincenzo Grassi mengungkapkan bahwa Italia akan terus mendukung Ukraina beserta rakyatnya, termasuk dalam rencana pemulihan dan rekonstruksi usai perang.
"Kami terkejut dengan bukti serangan Rusia terhadap rakyat sipil dan infrastruktur sipil, termasuk fasilitas energi. Ini jelas adalah sebuah pelanggaran hukum kemanusiaan internasional," tutur Grassi, dilansir Ansa.
"Kami mengungkapkan penolakan terhadap aksi buruknya perlakuan Rusia, termasuk kekerasan seksual terhadap tawanan perang dan warga sipil Ukraina. Kami mendesak Rusia membebaskan seluruh warga, terutama anak-anak," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa Ukraina mempertahankan kebebasan, kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial dalam melawan agresi Rusia.
3. Italia setuju kirimkan senjata anti-misil Samp-T ke Ukraina
Pada 20 September, Tajani mengatakan Italia akan mengirimkan sistem senjata anti-misil Samp-T ke Ukraina. Namun, ia menggarisbawahi bahwa negaranya berusaha menghindari risiko berperang dengan Rusia.
"Kami mengirimkan sebuah sistem anti-misil Samp-T ke Ukraina untuk melindungi rumah sakit, sekolah, universitas dari serangkaian serangan Rusia. Mempertahankan Ukraina bukan berarti menggiring sebuah perang dunia. Kami hanya membantu Ukraina dan berusaha mencapai perdamaian," ungkapnya, dilansir Reuters.
Italia sudah mendukung Ukraina dalam melawan agresi Rusia. Namun, pada Mei lalu, Roma menolak permintaan Kiev untuk memperbolehkan senjatanya digunakan menyasar target militer di dalam teritori Rusia.