Kamala Harris dan Donald Trump Siap Tempur di Pilpres AS

- Pilpres AS digelar 5 November 2024, antara Kamala Harris dan Donald Trump.
- Lebih dari 76 juta warga AS telah memberikan suara menjelang pemilu tahun ini.
Jakarta, IDN Times - Calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Kamala Harris dan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump siap bertarung pada laga pemilihan presiden (pilpres) AS yang digelar 5 November 2024.
Dilansir dari Channel News Asia, Senin (4/11/2024), jajak pendapat terbaru menunjukkan mereka bersaing ketat dua hari menjelang hari pemilihan. Mayoritas para pemilih mengatakan, capres tahun ini memiliki track record yang sama buruknya, namun hal tersebut tak menghalangi mereka untuk memberikan suara.
Menurut Election Lab Universitas Floritda, lebih dari 76 juta warga Amerika telah memberikan suranya menjelang pemilu tahun ini. Jumlah ini mendekati setengah dari total 160 juta suara yang diberikan pada pemilu 2020, di mana jumlah pemilih di AS mencapai yang tertinggi dalam lebih dari satu abad terakhir.
1. Harris dan Trump masih berkampanye

Saat ini, Harris diketahui baru saja berkampanye di Detroit. Setelah itu, ia akan menuju East Lansing, Michigan, lokasi yang digadang-gadang bakal dimenangkan oleh Demokrat.
Dalam kampanyenya, Harris bakal menghadapi sekitar 200 ribu warga Arab Amerika di negara bagian itu yang merasa frustasi karena pemerintahannya saat ini, di mana Harris menjadi wapres, tidak berbuat banyak untuk membantu menyetop perang Gaza dan mengurangi bantuan senjata ke Israel.
Sementara itu, Trump mengunjungi Dearborn, Michigan, jantung komunitas Arab-Amerika. Di sini, Trump berjanji akan mengakhiri konflik di Timur Tengah jika terpilih menjadi presiden.
2. Kandidat butuh 270 Electoral College

Dengan memakai sistem Electoral College, setiap kandidat membutuhkan 270 suara dari total 538 suara elektoral untuk bisa menang dalam pilpres AS. Setiap negara bagian memiliki sejumlah ‘elektor’ berdasarkan jumlah penduduk.
Sebagian negara bagian bahkan memiliki sistem memberikan semua suaranya kepada siapa pun kandidat yang bisa meraup suara terbanyak terlebih dahulu. Diprediksi ada sejumlah negara bagian yang ‘menentukan’ atau swing states.
3. Swing states bisa menentukan suara Electoral College

Swing State merupakan sejumlah negara bagian kecil yang suaranya sangat menentukan jumlah dari Electoral College setiap kandidat capres. Dalam kontestasi pilpres tahun ini, hasilnya berubah-ubah antara condong ke Demokrat atau malah ke Republik.
Swing States bisa disebut sebagai medan tempur para kandidat di mana mereka kerap berkampanye bahkan memasang iklan di negara-negara bagian tersebut. Tahun ini, sejumlah negara bagian yang termasuk Swing State adalah Arizona, Michigan, Georgia, Pennsylvania, Wisconsin, Minnesota dan Nevada serta North Carolina.
Pennsylvania, misalnya. Negara bagian ini dulunya adalah daerah pemilihan Partai Demokrat yang bisa diandalkan. Namun saat ini, persaingan Harris dan Trump, yang berasal dari Partai Republik juga cukup ketat di negara bagian tersebut.
Lalu North Carolina di mana negara bagian ini hanya sekali memilih Demokrat pada 1980. Pilpres tahun-tahun berikutnya, mereka selalu memilih Republik. Namun Harris yakin tahun ini, warga North Carolina bakal memilih dirinya.
Populasi North Carolina kini sudah mencapai lebih dari 10 juta dan tumbuh lebih beragam. Harris yakin bahwa suara bakal masuk ke Demokrat.