Krisis Tepung dan Bahan Bakar, Seluruh Toko Roti di Gaza Tutup

- Seluruh toko roti di Jalur Gaza tutup karena kekurangan bahan bakar dan tepung akibat blokade Israel.
- Program Pangan Dunia menyatakan 25 toko roti tutup, memperparah krisis kelaparan yang melanda 2 juta penduduk Gaza.
- PBB membantah klaim Israel bahwa pasokan makanan di Jalur Gaza masih cukup, sementara pengungsi mencari tepung yang langka dengan harga naik drastis.
Jakarta, IDN Times - Seluruh toko roti di Jalur Gaza telah tutup akibat kekurangan bahan bakar dan tepung. Kondisi ini terjadi setelah Israel memblokade bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah tersebut selama Pro sebulan.
“Pendudukan telah memaksa semua toko roti tutup sepenuhnya, memperburuk krisis kelaparan yang mengancam kehidupan warga sipil yang tidak bersalah, terutama anak-anak, pasien, dan orang tua,” kata Kantor Media Pemerintah di Gaza pada Selasa (1/4/2025).
Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa seluruh 25 toko roti yang didukungnya di wilayah tersebut terpaksa tutup akibat krisis bahan baku. Sementara itu, program makanan hangat untuk masyarakat Gaza hanya akan bertahan hingga 2 minggu ke depan.
“WFP akan mendistribusikan paket makanan terakhirnya dalam dua hari ke depan,” tambah organisasi PBB itu.
1. Warga berkeliling untuk cari makanan
Penutupan toko roti ini semakin memparah krisis kelaparan yang melanda 2 juta penduduk Gaza. Abdul Rahman Fattayeh, salah seorang warga, mengatakan bahwa anak-anaknya mulai mual dan kelelahan akibat kekurangan makanan.
"Saya pergi ke setiap toko roti. Setiap kali kami bertanya, mereka bilang tidak ada tepung karena penutupan penyeberangan. Israel mengontrol penyeberangan. Kami tidak tahu ke mana harus pergi," kata Fattayeh kepada CNN.
Warga lainnya bernama Ibrahim al-Kurd menyebut situasi saat ini sangat sulit dan tidak dapat dijelaskan.
"Saya punya 40 anggota keluarga, dan saya sudah mencari roti untuk mereka sejak jam 8 pagi, berkeliling ke semua toko roti di Deir al-Balah. Tidak ada yang beroperasi. Tidak ada tepung, tidak ada kayu bakar, tidak ada apa-apa. Bahkan air pun tidak. Ini mengerikan," ungkapnya.
2. Blokade terpanjang sejak Oktober 2023
Pada Selasa, PBB membantah klaim Israel yang menyebutkan bahwa pasokan makanan di Jalur Gaza masih cukup.
"Menurut PBB, itu konyol. Maksud saya, kami sudah hampir kehabisan pasokan, terutama pasokan PBB yang masuk melalui jalur kemanusiaan," kata juru bicara Stephane Dujarric dalam konferensi pers, dilansir dari Anadolu.
Sejak awal Maret 2025, Israel telah menghalangi masuknya pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan lainnya ke Gaza. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan Hamas agar melepaskan lebih banyak sandera dan menerapkan persyaratan baru untuk perpanjangan gencatan senjata.
Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, menyebut ini adalah blokade terpanjang sejak perang dimulai pada Oktober 2023.
"Selama gencatan senjata, 500-600 truk tiba setiap hari. Sekarang tidak ada apa-apa," kata Lazzarini pekan lalu.
3. Harga tepung di pasaran naik beberapa kali lipat
Ketika toko roti ditutup, banyak pengungsi memenuhi pasar untuk mencari tepung yang sudah sangat langka. Bagi mereka yang berhasil mendapatkannya, setiap karung dijual seharga 400 shekel (sekitar Rp1,7 juta), naik dari 25 shekel (sekitar Rp107 ribu) sebelum perang
"Masyarakat sekarang berada dalam kebingungan, mereka telah melupakan perang, pengungsian, migrasi dan pemboman. Pikiran utama mereka adalah tepung," kata Ahmed Dremly, seorang jurnalis lepas yang berbasis di Gaza utara, kepada Middle East Eye.
Sementara itu, sebagian warga Palestina lainnya mencari sumber karbohidrat alternatif seperti beras dan pasta. Beberapa orang bahkan terpaksa meminjam uang atau menjual barang-barang rumah tangga demi membeli beras.