Pejabat Israel Ngaku Mau Tendang Warga Palestina dari Gaza

- Amit Halevi, anggota parlemen Israel, menyerukan pengendalian Tel Aviv atas Jalur Gaza dan "membersihkan" warga Palestina dari sana.
- Israel tidak akan menghentikan serangan ke Gaza dan perlu menguasai wilayah tersebut secara permanen.
- Toko roti di Gaza ditutup akibat kekurangan bahan bakar dan tepung, memicu ancaman kelaparan bagi warga Palestina di wilayah tersebut.
Jakarta, IDN Times - Amit Halevi, seorang anggota parlemen Israel (Knesset) dari partai Likud yang berkuasa, mengatakan bahwa Tel Aviv harus mengendalikan Jalur Gaza di masa mendatang dan "membersihkan" warga Palestina dari sana.
Dalam wawacaranya dengan Radio 103FM pada Minggu (30/3/2025), Halevi mengungkapkan bahwa pendudukan adalah sifat dari perang.
“Kami ingin menduduki wilayah tersebut untuk membersihkannya dari musuh – jika tidak, mereka akan membunuh anak-anak Anda dan menculik cucu-cucu Anda lagi. Selama berbulan-bulan kami hanya berurusan dengan taktik dan bukan mengalahkan Hamas," ungkapnya, dikutip dari Middle East Eye.
1. Tidak ada kemungkinan untuk menghentikan perang di Gaza
Terkait dengan negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera, Halevi menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan untuk menghentikan serangan Israel ke Gaza.
“Komando senior mulai memahami bahwa tidak mungkin mengalahkan terorisme tanpa mengendalikan wilayah dan penduduk,” ujarnya.
Lebih dari 1.000 orang telah tewas dan 2 ribu lainnya terluka sejak Israel melanjutkan serangan mematikan di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025. Tindakan tersebut mengancurkan gencatan senjata Israel-Hamas yang telah disepakati pada Januari.
Dengan serangan terbaru ini, lebih dari 50.300 ribu warga Palestina telah terbunuh sejak dimulainya perang di Gaza. Konflik tersebut meletus setelah kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan sedikitnya 1.139 orang dan menyebabkan lebih dari 200 lainnya disandera.
2. Klaim Gaza sebagai bagian dari wilayah Israel
Ketika ditanya apakah warga Palestina yang tersisa di Jalur Gaza akan diberikan kewarganegaraan Israel nantinya , Halevi mengatakan bahwa status mereka perlu ditentukan.
“Kami ingin membedakan antara status wilayah dan penguasaan atasnya, serta status penduduk, yang jelas merupakan hal yang perlu didefinisikan. Ketika Anda memberikan kendali atas pendidikan, budaya, dan agama, Anda akan mendapatkan hasil yang Anda dapatkan," jelasnya.
Menurutnya, Israel perlu menguasai Gaza secara permanen, dengan alasan bahwa wilayah tersebut merupakan bagian dari tanah air mereka.
3. Warga Gaza berada di ambang kelaparan
Sementara itu, toko roti di Gaza terpaksa ditutup akibat kekurangan bahan bakar dan tepung. Pertahanan Sipil di Jalur Gaza telah memperingatkan bahwa warga Palestina di wilayah tersebut berada di ambang kelaparan karena persediaan semua jenis makanan sangat terbatas.
“Semua tutup. Tidak ada tepung, tidak ada gandum, tidak ada apa-apa. Kami benar-benar kehabisan. Tidak ada gas, jadi kami membakar plastik hanya untuk menyalakan api. Bahkan tidak ada makanan untuk dimasak," kata seorang penduduk Deir el-Balah, dilansir dari Al Jazeera.
Pada 2 Maret, Israel menghentikan seluruh bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza sebagai upaya untuk menekan Hamas agar membebaskan semua sandera yang tersisa di Gaza. Sementara itu, kelompok Palestina tersebut bersikeras mencapai kesepakatan yang mengarah pada penghentian perang secara permanen, sebuah syarat yang ditolak oleh Tel Aviv.