Latvia Klaim Rusia Akan Bangun Militer Usai Gencatan Senjata

Jakarta, IDN Times - Badan Perlindungan Konstitusi Latvia (SAB), pada Senin (17/2/2025), mengatakan bahwa Rusia akan membangun militer setelah gencatan senjata di Ukraina. Mereka mengklaim Moskow akan meningkatkan sabotase di negara-negara anggota NATO.
Pada awal Februari, negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania) resmi memutus jaringan listrik dengan Rusia dan Belarus atau dikenal dengan BRELL. Langkah ini sebagai upaya kemandirian energi dan menghubungkan ke jaringan listrik Uni Eropa (UE) di Polandia.
1. Rusia akan mempersiapkan konfrontasi dengan NATO
SAB mengatakan, intelijen Rusia dan institusi lainnya sedang meningkatkan kemampuannya dalam mengorganisir sabotase di Eropa. Mereka berniat melancarkan serangan sabotase dengan skala yang lebih besar.
"Kemampuan Rusia saat ini masih dalam tingkatan awal. Ini sangat memungkinkan bahwa Rusia sedang menguji reaksi Eropa dan kemampuannya dalam mencegah insiden-insiden dari sabotase tersebut," terangnya, dikutip Delfi.
Institusi Latvia menilai bahwa rencana sabotase adalah bagian dari persiapan Moskow untuk terlibat konfrontasi secara langsung dengan NATO dalam jangka panjang.
SAB menyebut, ancaman konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO pada 2025 masih tergolong rendah imbas perang di Ukraina. Namun, jika gencatan senjata terjadi, Rusia akan meningkatkan militernya di perbatasan NATO bagian utara.
2. Agen perjalanan Latvia dilarang adakan tur ke Rusia dan Belarus

Pekan lalu, Parlemen Latvia melarang agen perjalanan di negaranya untuk menyediakan layanan ke Rusia dan Belarus. Putusan ini untuk mengurangi risiko pelanggaran hak asasi manusia (HAM) untuk mencegah ancaman rekrutmen mata-mata.
"Perjalanan ke Rusia dan Belarus saat ini menjadi isu keamanan di Latvia. Kami tidak memperbolehkan liburan yang terorganisir dan persewaan bus dari warga kami untuk bepergian ke negara-negara yang berniat mengokupansi Latvia," tutur anggota parlemen dari Partai Persatuan Baru, Gatis Liepins, dilansir Politico.
Ia menambahkan, Rusia sudah menangkap 30 warga negara Latvia pada 2024. Sementara itu, ia menyebut kemampuan institusi Latvia untuk membantu warga negara yang ditangkap di Rusia sangat terbatas.
Larangan ini akan diterapkan kepada seluruh agen perjalanan yang terdaftar di Latvia. Putusan ini juga sebagai bagian dari sanksi lanjutan kepada Rusia dan Belarus.
3. Lithuania klaim Rusia masih berambisi memperluas wilayah
Menteri Luar Negeri Lithuania, Kestutis Budrys, mengatakan bahwa kebijakan dan ambisi imperialistis Rusia masih belum berubah. Meski terdapat diskusi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina.
"Saya ingin memperingatkan bahwa jangan pernah dibohongi oleh ide mengenai Putin menginginkan perdamaian. Apa yang diinginkannya adalah memenuhi ambisi imperalistiknya dan melanjutkan pembentukan ulang perbatasan secara paksa," ungkapnya.
Budrys menambahkan, Kremlin masih berpegang pada taktik pengujiannya demi mengejar ambisinya. Ia menyebut, Rusia akan memanfaatkan kesempatan untuk memperluas wilayahnya selama Barat memperbolehkannya.
Ia mengklaim, langkah yang tepat untuk mencegah agresi Rusia adalah isolasi penuh dan sanksi ketat. Selain itu, harus ada akuntabilitas dan reparasi penuh dari Moskow atas tindakan kejahatannya selama ini.