Libya Bebaskan Lebih dari 100 Migran dari Geng Kriminal

- Kejaksaan Agung Libya membebaskan 104 migran dari geng kriminal di Ajdabiya.
- Penyiksaan migran dilakukan oleh pelaku dari Libya, Sudan, dan Mesir.
- Italia meminta bantuan Uni Eropa untuk mengatasi masalah penyelundupan migran dari Libya.
Jakarta, IDN Times - Kejaksaan Agung Libya, pada Senin (14/7/2025), mengungkapkan keberhasilan dalam membebaskan 104 migran yang disekap oleh geng kriminal di Ajdabiya.
“Geng kriminal mengorganisir penyelundupan migran dan mengekang ratusan migran dan kemudian menyelundupkannya serta menyiksanya. Mereka kemudian memaksa keluarga korban membayar tebusan,” tuturnya, dikutip TRT Global.
Dalam beberapa tahun terakhir, aksi penyelundupan migran di Libya semakin marak yang didorong letaknya yang menjadi jalur utama migrasi dari Afrika ke Eropa.
1. Pelaku penyiksaan berasal dari Libya, Sudan, dan Mesir
Kejaksaan Agung Libya mengatakan bahwa lima terduga pelaku penculikan dan penyekapan migran ini sudah ditangkap. Kelima terduga pelaku berasal dari Libya, Sudan, dan Mesir.
Otoritas Libya mengunggah foto para korban di laman Facebook-nya. Mereka mendapatkan foto korban dari ponsel pelaku dan menemukan korban sudah dipenuhi luka pukulan dan tangan beserta kaki yang diborgol.
Pada Februari, setidaknya 28 mayat ditemukan dari kuburan massal di area gurun di Kufra. Otoritas setempat menyebut, geng kriminal ini telah melakukan penyiksaan dan tidak memperlakukan migran dengan manusiawi.
2. Libya menjadi rute utama penyeberangan menuju ke Eropa
Libya menjadi salah satu rute transit utama migran dari berbagai negara di Afrika untuk menuju ke Eropa. Mereka pergi untuk melarikan diri dari kemiskinan dan mengharapkan hidup yang lebih baik di Eropa.
Melansir Africa News, sejumlah migran mengandalkan penyelundup migran untuk membantu ke negara tujuan. Namun, mereka justru terjerumus ke tangan geng kriminal yang ternyata hanya meminta tebusan kepada keluarganya.
Berdasarkan data PBB, sudah ada 825 ribu migran dari 47 negara di Afrika yang berada di Libya pada Desember 2024.
2. Italia minta Uni Eropa bantu lawan penyelundupan migran dari Libya
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan bahwa situasi di Libya saat ini menunjukkan sinyal darurat bagi Eropa. Ia mendesak Uni Eropa (UE) untuk ikut menyelesaikan masalah migrasi ini.
“Kami melihat bahwa situasi di Libya saat ini sebagai sebuah darurat di Eropa yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Eropa harus membuat sebuah langkah diplomatik untuk menyelesaikan masalah ini,” ungkapnya, dilansir Politico.
Komisaris Migrasi UE, Magnus Brunner mengatakan bahwa Libya Timur memiliki kedekatan dengan Rusia. Ia mengklaim, area tersebut digunakan Rusia untuk menyelundupkan migran ke Eropa.
“Peran Rusia di Libya terus meluas. Mereka menggunakan Libya bagian timur untuk menerapkan strateginya di Afrika. Terdapat dugaan Rusia sengaja menggunakan migran sebagai senjata melawan UE,” ungkapnya.