Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Malaysia Pertimbangkan Gunakan Energi Nuklir Usai 2035

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). (unsplash.com/Wim van 't Einde)

Jakarta,IDN Times - Malaysia sedang mempersiapkan kemungkinan penggunaan energi nuklir setelah tahun 2035. Sebab, Kuala Lumpur sedang berjuang untuk memenuhi target energi terbarukan dan emisi karbon nol bersih.

Pembahasan rencana tersebut telah diusulkan oleh Dewan Energi Nasional (MTN) pada akhir November, yang memutuskan nuklir sebagai salah satu pilihan pembangkit listrik pasca 2035. Sebelumnya, kabinet pemerintahan Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim telah meminta disiapkannya penyusunan rencana itu pada April 2024.

"PM sendiri ingin mempercepat proses tersebut," kata seorang pejabat tinggi pemerintah Malaysia, seraya menambahkan bahwa tonggak regulasi yang ditetapkan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) akan memakan waktu sekitar satu dekade untuk diselesaikan, dilansir The Straits Times pada Jumat (20/12/2024).

1. Penggunaan energi nuklir menunggu hasil studi kelayakan

Malaysia telah melakukan diskusi awal dengan negara lain, guna mempercepat penerapan tenaga nuklirnya. Namun, masalah ini masih harus ditangani dengan hati-hati, mengingat sensitivitas politik dalam negeri dan pertimbangan geopolitik.

Menteri Transisi Energi dan Transformasi Air, Fadillah Yusof, tidak menyebut kapan keputusan itu dibuat. Menurutnya, penggunaan tenaga nuklir sebagai pembangkit listrik di masa depan mempertimbangkan komitmen Kuala Lumpur terhadap Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim PBB, serta meningkatnya permintaan untuk memastikan pasokan listrik yang andal dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Tanggal pasti penerapan energi nuklir dalam sistem tenaga listrik kita akan bergantung pada hasil studi kelayakan yang sedang berlangsung, yang mempertimbangkan berbagai aspek ekonomi, teknis, serta sosial dari pengembangan nuklir," ujarnya.

Berdasarkan kesepakatan Paris, Malaysia berkomitmen mencapai emisi gas rumah kaca nol bersih pada 2050. Serta, pengurangan intensitas karbon sebesar 45 persen dibandingkan dengan tingkat tahun 2005 pada 2035 mendatang.

2. Permintaan listrik, energi terbarukan, dan penentangan terhadap PLTN

Potret Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur, Malaysia. (unsplash.com/Esmonde Yong)

Malaysia pertama kali mempertimbangkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada 2008. Rencana tersebut bersamaan dengan ambisi untuk membangun 2 PLTN yang beroperasi pada 2021.

Namun, rencana itu mengalami perubahan yang tidak terduga dan ditunda tanpa batas waktu. Hal ini akhirnya menyebabkan pembubaran Kerjasama Tenaga Nuklir Malaysia pada 2019.

Di sisi lain, lonjakan permintaan listrik yang sebagian besar didorong oleh maraknya pembangunan pusat data yang membutuhkan banyak sumber daya, dapat menguji komitmen pemerintah untuk menghentikan pengoperasian pembangkit listrik tenaga batu bara yang menghasilkan emisi karbon tinggi dan mengurangi ketergantungan pada gas. 

Bahan bakar fosil masih menyumbang lebih dari 70 persen bauran energi Malaysia. Sementara, semakin banyak investor memiliki standar lingkungan, sosial, dan tata kelola yang mengharuskan mereka menggunakan energi hijau.

Bagi pemerintah Negeri Jiran, adanya PLTN akan menghasilkan daya secara lebih konsisten daripada pembangkit listrik tenaga surya dan bendungan pembangkit listrik tenaga air. Akan tetapi, upaya tersebut mendapat reaksi keras dari warga Malaysia yang telah lama memiliki kekhawatiran mengenai potensi risiko polusi radiasi.

3. Malaysia akan berbagi keahlian nuklir sehubungan dengan kepemimpinan ASEAN 2025

Bendera Malaysia. (Unsplash.com/mkjr_)

Pada Sabtu (21/12/2024), Direktur Jenderal Badan Nuklir Malaysia, Rosli Darmawan, mengatakan bahwa pihaknya siap berbagi keahlian, pengalaman, dan praktik terbaik dalam pengembangan, penggunaan, dan transfer teknologi nuklir dengan negara-negara ASEAN bersamaan dengan Kepemimpinan ASEAN 2025. 

"Melalui kesempatan ini, Malaysia akan memperkenalkan keahlian dan infrastruktur teknologi nuklir yang kami miliki kepada semua negara anggota ASEAN," ungkapnya, dikutip dari Bernama.

Ia juga menyampaikan bahwa negaranya akan menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan Jaringan ASEAN tentang Penelitian Keselamatan Tenaga Nuklir (NPSR) ke-8 pada tahun depan. Nantinya, para peserta NPSR akan dibawa mengunjungi Reaktor Triga Puspati (RTP), yakni satu-satunya reaktor riset nuklir di Malaysia yang beroperasi dengan aman sejak 1982.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us