Militer Israel Bakal Ditempatkan Permanen di Jenin, Tepi Barat

- Militer Israel ditempatkan permanen di Jenin, Tepi Barat setelah operasi Iron Wall.
- Penempatan ini berisiko konsekuensi diplomatik yang lebih luas dengan Otoritas Palestina dan sekutu Barat.
- Konflik Hamas-Israel di Gaza telah menewaskan 884 warga, termasuk 16 warga Palestina di Tepi Barat.
Jakarta, IDN Times – Militer Israel atau IDF bakal ditempatkan secara permanen di wilayah Jenin, Tepi Barat untuk pertama kalinya sejak intifada kedua pada 2000-2005. Pada Rabu (29/1/2025), Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pihaknya tak akan menarik pasukannya usai operasi Iron Wall yang telah berlangsung lebih dari sepekan.
“IDF telah melakukan beberapa operasi berhari-hari di Jenin sejak pertengahan 2023, tetapi selalu menarik pasukannya sepenuhnya setelahnya,” lapor media Israel, Jerusalem Post.
Media tersebut menjelaskan bahwa penempatan permanen ini berisiko memunculkan konsekuensi diplomatik yang lebih luas. Baik itu dengan Otoritas Palestina, sekutu Barat, maupun sekutu Sunni moderat di Timur Tengah.
Operasi Israel di Jenin, Tepi Barat, dimulai dua hari setelah kesepakatan gencatan senjata di Gaza dilaksanakan. Oleh Israel, operasi ini disebut untuk menumpas kelompok perlawanan di wilayah tersebut.
1. Otoritas Palestina tak berkutik terkait rencana Israel
Otoritas Palestina (PA) sama sekali tak merespons tindakan Israel di Tepi Barat. Katz secara tidak langsung mengancam kelangsungan keberadaannya karena program PA yang terus-menerus memberikan keuntungan finansial kepada Hamas.
Jurnalis asal London yang fokus meliput Timur Tengah, Robert Inlakesh, menulis di Palestinecronicle menyebut bahwa PA secara terang-terangan telah berkomplot dengan Israel untuk menyerang Kamp Jenin.
”PA melanjutkan pengepungan di sekitar kamp pengungsi Jenin, menangkap pejuang perlawanan yang berhadapan dengan tentara penjajah Israel, dan menjaga "koordinasi keamanan" yang erat dengan pasukan pendudukan,” kata Inlakesh.
Ia bahkan menyebut pasukan PA membunuh warga sipil Palestina, termasuk anak-anak dan seorang jurnalis perempuan. PA juga diduga memutus aliran listrik dan air dari Kamp Jenin, memberlakukan jam malam, menembaki tanpa pandang bulu orang yang melanggar aturan tersebut.
”Setelah PA gagal melibatkan dirinya secara sukses dalam kesepakatan gencatan senjata Gaza dan masih menolak berkomitmen pada kompromi yang akan memungkinkannya mengambil alih wilayah tersebut, tampaknya PA berusaha mati-matian untuk membuktikan relevansinya dengan Israel,” tambah Inlakesh.
2. Sebanyak 884 warga Tepi Barat tewas sejak konflik Hamas-Israel

Laporan terbaru menyebut, dua orang tewas di Jenin pada Selasa malam. Korban yang diidentifikasi bernama Osama Abu al-Hija tewas akibat serangan udara dan Ayman Fadi Qasim Naji akibat tembakan pasukan Israel.
Pasukan Israel menahan korban pada Selasa malam dan kemudian menyerahkan jasadnya ke Bulan Sabit Merah. Warga melaporkan adanya tembakan hebat saat pasukan Israel mengepung beberapa rumah di daerah itu.
”Alih-alih membiarkan petugas medis menyelamatkannya, pasukan Israel menahannya hingga ia mati kehabisan darah,” lapor Al Jazeera, mengutip warga di lokasi kejadian.
Hingga kini, total korban tewas di Tepi Barat sejak dimulainya konflik Hamas dan Israel di Gaza mencapai 884 warga. Sementara dalam dua pekan terakhir, sudah ada 16 warga Palestina yang tewas di Tepi Barat.
3. Sekitar 15 ribu warga mulai mengungsi

Mohammad Jarrar, walikota Jenin, sebelumnya mengatakan bahwa sekitar 15 ribu penduduk telah terpaksa meninggalkan kota dan kamp pengungsiannya karena operasi besar Israel yang sedang berlangsung.
Di Nablus, pasukan Israel memperketat pembatasan pergerakan di empat pos pemeriksaan menuju kota. Tindakan ini menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah dan menjebak ribuan warga Palestina selama berjam-jam.
Dua rumah dan dua toko komersial digerebek pada hari Selasa di Jalan Kashika di kota itu setelah sebuah penggerebekan. Penggerebekan terpisah juga terjadi di beberapa desa di Ramallah pada Selasa malam.
Israel telah memperketat tindakan militer di Tepi Barat yang diduduki beberapa jam setelah pembebasan 90 tahanan Palestina sebagai bagian dari gencatan senjata Gaza yang mulai berlaku.