Ngebet Ingin Perang Berhenti, Trump Bakal Telepon Putin

- Presiden AS Donald Trump akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai gencatan senjata di Ukraina.
- Utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff menyampaikan rencana komunikasi ini, setelah pertemuan dengan Putin di Moskow.
- Rusia mendukung solusi damai dan perlunya diskusi lebih lanjut dengan AS sebelum kesepakatan final bisa dicapai.
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemungkinan akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon minggu ini. Komunikasi ini harus karena dorongan AS untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina semakin cepat.
Rencana ini disampaikan utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff pada Minggu (16/3/2025).
Witkoff, yang bertemu dengan Putin di Moskow minggu lalu, mengatakannya dalam acara "State of the Union" CNN bahwa AS sedang berkomunikasi dengan semua pihak, termasuk Rusia, Ukraina, dan kekuatan Eropa lainnya, tentang kemungkinan kesepakatan gencatan senjata.
Witkoff mengatakan, AS dan Rusia semakin dekat dalam posisi mereka dalam beberapa hari terakhir, meskipun Putin enggan menerima gencatan senjata 30 hari yang disetujui oleh AS dan Ukraina setelah delegasi tingkat tinggi dari kedua negara tersebut bertemu di Arab Saudi minggu lalu.
"Kedua pihak saat ini jauh lebih dekat, kami telah mempersempit perbedaan di antara mereka dan sekarang kami duduk di meja perundingan,” ucap Witkoff, dilansir dari The Washington Times.
1. Trump terlibat dalam setiap aspek

“Saya pikir Presiden Trump terlibat dalam setiap aspek dan dimensi diskusi ini. Presiden mendapatkan informasi terkini secara langsung tentang semua yang terjadi dan dia terlibat dalam setiap keputusan penting di sini. Saya berharap akan ada panggilan telepon dengan kedua presiden minggu ini,” ujar Witkoff tentang Trump dan Putin.
Putin minggu lalu menawarkan dukungan yang sangat bersyarat untuk gencatan senjata 30 hari yang didukung oleh Ukraina dan AS. Kondisi tersebut dilaporkan termasuk pembatasan kemampuan militer Ukraina, pengembalian wilayah Rusia di Kursk yang saat ini dikuasai oleh pasukan Ukraina, dan poin-poin lainnya.
Witkoff tidak akan membahas secara spesifik, termasuk apakah AS siap untuk secara resmi mengakui tanah Ukraina yang dikuasai oleh tentara Rusia yang menginvasi sebagai wilayah Rusia.
“Saya pikir masih terlalu dini untuk membahasnya sekarang,” kata Witkoff.
2. Merebut kembali Krimea bukan tujuan realistis

Pejabat penting AS lainnya telah menekankan negosiasi harus didasarkan pada kenyataan. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Mike Waltz mengindikasikan, gagasan Ukraina merebut kembali setiap inci tanah yang direbut oleh Rusia, termasuk Krimea, yang dianeksasi Rusia secara paksa pada tahun 2014, mungkin bukan tujuan yang realistis.
“Kita dapat berbicara tentang apa yang benar dan salah. Dan kita juga harus berbicara tentang realitas situasi di lapangan. Dan itulah yang kita lakukan melalui diplomasi, melalui diplomasi ulang-alik, melalui pembicaraan jarak dekat,” kata Waltz.
3. Syarat Putin jika ingin perang dihentikan

Putin menegaskan bahwa Rusia mendukung solusi damai untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak Februari 2022. Namun, ia menyoroti perlunya diskusi lebih lanjut dengan pihak AS sebelum kesepakatan final bisa dicapai.
Putin juga mengapresiasi perhatian yang diberikan Presiden AS Donald Trump dalam mencari solusi atas konflik ini. Syarat-syarat yang diajukan antara lain, gencatan senjata mengarah ke perdamaian jangka panjang, pembicaraan langsung dengan Amerika Serikat, pengawasan ketat atas implementasi gencatan senjata, dukungan gencatan senjata 30 hari, dan evaluasi situasi di lapangan.