Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ratusan Demonstran Serbu Trump Tower Bela Aktivis Palestina 

ilustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Ehimetalor Akhere Unuabona)

Jakarta, IDN Times - Ratusan pengunjuk rasa menyerbu lobi Trump Tower di New York, Amerika Serikat (AS) pada Kamis (14/3/2025). Mereka menuntut pembebasan aktivis Palestina Mahmoud Khalil yang ditahan otoritas imigrasi AS.

Aksi tersebut digelar oleh kelompok Jewish Voice for Peace dan berhasil menghadirkan lebih dari 250 demonstran. Para demonstran mengenakan kaos merah bertuliskan pesan protes dan menuntut pembebasan Khalil yang ditangkap tanpa tuduhan formal.

Aktris senior Hollywood Debra Winger hadir dalam aksi tersebut.

"Mahmoud Khalil telah diculik secara ilegal dan dibawa ke lokasi rahasia. Ia ditahan tanpa alasan jelas, hanya karena membela hak-hak rakyatnya. Ini bukan Amerika yang kita kenal, ini Amerika yang menakutkan," ujar Winger, dilansir The Guardian. 

1. Kronologi aksi protes di Trump Tower

Para demonstran melancarkan aksi mereka secara cerdik. Mereka menyamar sebagai pengunjung biasa agar bisa masuk ke Trump Tower. Setelah berada di lobi, mereka membuka jaket dan memamerkan kaos merah bertuliskan pesan protes.

Massa langsung memenuhi lobi sambil menyerukan berbagai tuntutan. Slogan-slogan seperti "Bebaskan Mahmoud" dan "Kami tidak akan tunduk" bergema di lobi Trump Tower. Lokasi ini sengaja dipilih karena merupakan kediaman pribadi Presiden AS Donald Trump sekaligus markas Trump Organization.

Kepolisian New York akhirnya menangkap hampir 100 demonstran. Mereka dijerat berbagai tuduhan mulai dari penyusupan hingga penolakan penangkapan. Polisi memborgol sekitar 50 orang dan membawa mereka menggunakan mobil polisi.

Dilansir CNN, protes berlangsung damai tanpa kerusakan properti. Para demonstran memilih duduk bersama saat polisi mulai melakukan penangkapan. Mereka terus meneriakkan pesan perlawanan hingga detik-detik terakhir penangkapan.

Sonya Meyerson-Knox, direktur komunikasi Jewish Voice for Peace, menyatakan aksi ini dirancang dalam waktu relatif singkat.

"Nenek saya kehilangan sepupunya dalam Holocaust. Saya tumbuh besar mendengar kisah-kisah itu. Kami tahu apa yang terjadi ketika rezim otoriter mulai memburu orang-orang di malam hari dan memisahkan keluarga mereka," katanya.

2. Mahmoud Khalil ditangkap dari rumahnya

Mahmoud Khalil adalah mahasiswa pascasarjana Columbia University yang akan lulus pada Mei mendatang. Khalil dikenal sebagai tokoh penting aksi protes mahasiswa di Columbia University terkait perang di Gaza. Ia merupakan penduduk tetap AS yang legal dan telah menikah dengan warga negara AS bernama Noor Abdalla.

Khalil ditangkap mendadak di rumahnya di New York pada Sabtu lalu (8/3/2025). Ia langsung dipindahkan ke fasilitas penahanan imigrasi di Louisiana tanpa tuduhan formal. Penahanannya didasarkan pada aturan imigrasi langka yang memberi kuasa pada Menteri Luar Negeri AS menahan siapa pun yang dianggap mengancam kebijakan luar negeri.

Noor Abdalla, istri Khalil yang sedang hamil delapan bulan, bercerita bahwa seminggu sebelum penangkapan, Khalil bertanya apa yang harus dilakukan jika petugas imigrasi datang.

"Saya tidak menanggapinya dengan serius. Ternyata saya yang terlalu naif. Sekarang anak pertama kami mungkin harus bertemu ayahnya di balik penjara," tutur Abdalla.

Presiden Trump menyebut penangkapan Khalil sebagai permulaan dari operasi yang lebih besar. Ia berniat mendeportasi mahasiswa yang dianggap melakukan kegiatan mendukung terorisme dan anti-Amerika.

3. Penahanan Khalil disebut sebagai upaya pembungkaman

Pengacara Khalil, Baher Azmy dari Center for Constitutional Rights, menyebut kasus ini sangat berbahaya.

"Penangkapan ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya dan merupakan bentuk pembalasan dan hukuman atas pelaksanaan kebebasan berbicara," ujar Azmy.

Jewish Voice for Peace menyatakan beberapa demonstran merupakan keturunan korban Holocaust. Kelompok tersebut menilai penahanan Khalil merupakan bukti AS menuju rezim yang represif dan otoriter.

Melansir Al Jazeera, Khalil bersama tujuh mahasiswa Columbia lainnya juga telah menggugat universitas mereka ke pengadilan. Gugatan ini muncul setelah Komite DPR AS meminta data mahasiswa yang terlibat aksi protes di kampus. Dalam gugatannya, mereka menyatakan pemberian data mahasiswa melanggar hak privasi dan kebebasan berekspresi.

Khalil sendiri masih ditahan di Louisiana, jauh dari istrinya yang akan segera melahirkan. Pengacaranya telah meminta pemindahan penahanan ke New York.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us