Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pelecehan Anak, Pria Irlandia Utara Dipenjara Seumur Hidup 

ilustrasi palu hakim (unsplash.com/Tingey Injury Law Firm)

Jakarta, IDN Times - Seorang pria dari Irlandia Utara dijatuhi hukuman seumur hidup dengan minimum 20 tahun penjara pada Jumat (25/8/2024), karena melakukan pelecehan seksual dan pemerasan terhadap anak-anak secara daring. Salah seorang korbannya bahkan bunuh diri akibat ulahnya tersebut.

Alexander McCartney mengakui 185 dakwaan, termasuk pembunuhan, pemerasan, menghasut anak untuk melakukan aktivitas seksual dan memproduksi serta mendistribusikan gambar anak-anak yang tidak senonoh.

Dilansir dari BBC, kejahatan McCartney, yang terjadi selama 2013-2019, disebut sebagai kasus catfishing terbesar di Inggris. Catfishing melibatkan penggunaan identitas palsu secara daring untuk menjalin pertemanan dan mengeksploitasi korban.

1. McCartney targetkan 3.500 anak dari berbagai negara

Dalam persidangan di pengadilan Belfast Crown, terungkap bahwa mahasiswa ilmu komputer itu menyamar sebagai seorang remaja perempuan di media sosial, seperti Snapchat dan Instagram, untuk menjebak korbannya. Ia melancarkan tersebut aksi dari kamar tidur di rumahnya.

McCartney akan membujuk anak perempuan untuk mengirimkan foto tidak senonoh atau melakukan aktivitas seksual melalui webcam atau ponsel. Ia kemudian akan membagikan foto-foto tersebut secara online kepada orang lain dan menggunakannya untuk mengancam korban.

Ia secara teratur mengambil identitas anak perempuan yang telah menjadi targetnya, dan terkadang memaksa korbannya untuk melibatkan saudara mereka yang masih berusia tiga tahun dalam pelecehan tersebut.

Meski dakwaan tersebut terkait dengan 70 korban yang berasal dari berbagai negara, termasuk Inggris Raya, Amerika Serikat (AS), Irlandia, dan Australia, para penyelidik yakin bahwa terdakwa telah menargetkan sekitar 3.500 anak-anak.

“Kejahatan yang dilakukannya berskala besar, kebejatannya tidak mengenal batas,” kata Kepala Detektif Kepolisian Irlandia Utara, Eamonn Corrigan.

2. Salah satu korban yang berusia 12 tahun bunuh diri pada 2018

Salah satu korbannya, Cimarron Thomas, yang berusia 12 tahun dari West Virginia, Amerika Serikat (AS), bunuh diri pada 2018 setelah McCartney mengancam akan membagikan foto tidak senonohnya kepada ayahnya.

Cimarron dilaporkan sangat tertekan dan mengatakan kepada McCartney bahwa ia akan melapor ke polisi dan bunuh diri. Namun, pria tersebut mengatakan bahwa ia tidak peduli dan tetap mengancam akan membagikan foto tersebut.

Cimarron akhirnya menembak kepalanya sendiri dengan senjata api milik keluarganya saat masih online dengan McCartney. Mayatnya ditemukan oleh saudara perempuannya yang berusia 9 tahun.

Ayahnya, Ben Thomas, yang merupakan veteran tentara AS, juga memutuskan mengakhiri hidupnya 18 bulan kemudian. Ia tidak pernah mengetahui penyebab putrinya bunuh diri.

"Hidup kami tidak akan pernah sama lagi. Kami tidak bisa melihatnya lulus, berjalan menuju altar, atau memiliki anak. Kami telah dirampok kenangan itu. Hidup kami telah berubah selamanya," kata kakek dan neneknya dalam sebuah pernyataan.

3. Ratusan ribu foto dan video tidak senonoh ditemukan di perangkat McCartney

Hakim, John O'Hara, mengatakan bahwa McCartney, yang telah ditahan selama 5 tahun, baru akan memenuhi syarat untuk pertimbangan pembebasan pada 2039.

"Belum pernah ada kasus seperti yang ini di mana terdakwa telah menggunakan media sosial secara masif untuk menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan bencana pada gadis-gadis muda, hingga termasuk kematian seorang gadis berusia 12 tahun," ujarnya, dikutip dari The Guardian.

Catherine Kierans, penjabat kepala unit kejahatan berat di Kejaksaan Irlandia Utara, mengatakan bahwa kasus McCartney adalah salah satu kasus pelecehan seksual terhadap anak yang paling menyedihkan dan produktif yang pernah mereka saksikan.

Polisi mengatakan bahwa selama penyelidikan, mereka menyita 64 perangkat yang berisi ratusan ribu foto dan video tidak senonoh, serta akun digital palsu yang digunakan oleh McCartney.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us