Pengungsi Ukraina Diizinkan Tinggal di Wilayah Uni Eropa hingga 2024

Tangerang Selatan, IDN Times - Uni Eropa (UE), pada Selasa (11/10/2022), mengumumkan perpanjangan skema perlindungan bagi pengungsi Ukraina hingga 2024. Hal itu diputuskan setelah Rusia meluncurkan rentetan serangan rudal menuju Kiev dan kota lainnya.
Komisioner urusan dalam negeri UE, Ylva Johansson, mengatakan bahwa setiap warga Ukraina di wilayah UE yang ingin pulang masih bisa mempertahankan statusnya sebagai pengungsi. Syaratnya adalah melapor kepada negara yang ditempatinya agar dibantu otoritas setempat.
1. Sebanyak 4,2 juta warga Ukraina diperbolehkan mengungsi ke wilayah Uni Eropa
Di bawah skema UE, sebanyak 4,2 juta warga Ukraina memperoleh status perlindungan sementara. Mereka diberi hak untuk tinggal dan bekerja di negara UE manapun, dan memperoleh manfaat dari bantuan perumahan dan pendidikan, kata Johansson.
Program itu diaktifkan UE pada 4 Maret, sebagai respons atas invasi Rusia ke Ukraina. Keputusan itu awalnya hanya berlaku selama satu tahun dan akan berakhir pada Maret 2023.
Akan tetapi, kondisi perang yang semakin mengancam warga Ukraina membuat UE berencana untuk perpanjang durasi program itu, setidaknya sampai Maret 2024.
Pada aturan sebelumnya, dikatakan bahwa status perlindungan sementara para pengungsi akan berakhir apabila mereka pulang ke negaranya. Namun Johansson mengatakan kalau aturan itu telah diubah.
"Kami telah memutuskan bahwa Anda tidak perlu membatalkan pendaftaran ketika Anda kembali, Anda dapat menyimpan perlindungan sementara yang telah Anda terima di negara anggota," kata Johansson.
"Satu-satunya hal yang perlu Anda lakukan adalah memberi tahu otoritas nasional atau lokal di negara tuan rumah Anda bahwa Anda akan kembali ke Ukraina," tambah dia, dikutip dari RTE.
2. Setidaknya lima orang tewas akibat serangan rudal di Kiev
Melansir Reuters, pihak kepolisian di Kiev mengatakan, setidaknya lima orang dinyatakan tewas dan 12 orang lainnya terluka akibat serangan rudal dari Rusia.
Menurut laporan Perdana Menteri Ukraina, terdapat 11 infrastruktur utama yang hancur di delapan wilayah, hingga membuat beberapa kota kehilangan listrik dan air.
Intelijen militer Ukraina mengungkapkan bahwa serangan Rusia telah direncanakan sejak awal Oktober, menargetkan sejumlah objek infrastruktur sipil dan area pusat kota yang ramai penduduk.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa Rusia sengaja mengatur waktu untuk membunuh orang dan mematikan jaringan listrik di negaranya.
"Mereka mencoba menghancurkan kita dan menghapus kita dari muka bumi," kata Zelenskyy.
Kementerian pertahanan Ukraina mengatakan, Rusia melancarkan setidaknya 84 serangan rudal dan udara. Pihaknya mengklaim telah menghancurkan 43 rudal jelajah dan 13 pesawat nirawak.
3. Presiden Rusia perintahkan serangan ke Ukraina setelah jembatan Krimea hancur

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan serangan jarak jauh secara besar-besaran. Hal itu diungkapkan usai jembatan penghubung semenanjung Krimea-Rusia hancur karena ledakan, yang Kremlin duga didalangi pasukan Ukraina.
Akhir-akhir ini, Rusia dipermalukan karena hancurnya jembatan yang dibangun setelah merebut Krimea pada 2014. Ukraina, yang menganggap jembatan itu krusial bagi pasukan Moskow, merayakan kehancuran itu tanpa mengklaim pertanggungjawaban.