Prancis Segera Pasok 78 Howitzer Caesar untuk Ukraina

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan, Sebastien Locornu mengatakan, Prancis akan segera memasok Ukraina dengan 78 howitzer Caesar. Paris juga telah meningkatkan prosuksi peluru artileri untuk memenuhi kebutuhan mendesak Kiev.
Secara terpisah, Prancis telah mengirimkan 30 sistem artileri Caesar ke Ukraina sebagai bagaian dari pengiriman bantuan militer sebelumnya. Pada tahun 2024, Prancis juga berencana mengirimkan 80 ribu peluru artileri 155 mm ke Ukraina.
“Pada tahun 2024, kami akan mampu mencapai target produksi 100 ribu peluru kaliber 155mm, termasuk 80 ribu untuk Ukraina dan 20 ribu untuk kebutuhan tentara kami sendiri,” kata Lecornu pada Selasa (26/3/2024), dikutip Kiev Independen.
1. Prancis juga berkontribusi dalam inisiatif pengiriman cangkang ke Ukraina
Januari lalu, Lecornu telah mempresentasikan rencana Kiev, Paris dan sekutu lainnya untuk bersama-sama membiayai 78 howitzer Caesar untuk Ukraina. Pada Senin, menteri tersebut mengatakan bahwa Prancis, Ukraina dan Denmark sepakat untuk memungkinkan Paris mengirimkan sistem artileri ke Kiev secepatnya.
Selain howtzer dan peluru, Paris juga berkontribusi terhadap insiatif yang dipimpin Ceko untuk membeli cangkang dari luar Uni Eropa (UE) guna membantu Ukraina . Februari lalu, Presiden Petr Pavel menyebut sekitar 800 ribu cangkang dapat dibeli dan dikirim ke Ukraina jika sekutunya menyediakan pembiayaan.
Setelah itu, Menteri Luar Negeri Ceko, Jan Lipavsky mengatakan bahwa jumlah cangkang yang berpotensi dikirim oleh inisiatif tersebut dapat mencapai 1,5 juta.
2. Negara-negara Eropa harus kurangi ketergantungan terhadap AS
Menurut Lecornu, negara-negara Eropa harus mengurangi ketergantungan mereka dari Amerika Serikat (AS) untuk menjamin kemanan benua tersebut. Dia memperkirakan isu tersebut akan menjadi topik kampanye sebelum pemilihan Parlemen Eropa pada Juni nanti.
“Kami tahu bahwa bagian dari agenda keamanan Eropa mulai sekarang harus menjadi tanggung jawab Eropa dan itu adalah kebutuhan mutlak,” kata Lecornu.
“Bagi saya… tidak benar jika pembayar pajak AS harus membayar begitu banyak demi keamanan Eropa,” katanya.
Dilansir Economic Times, komentar Lecornu mencuat ketika banyak orang di Eropa menyuarakan kekhawatiran akan potensi kembalinya mantan presiden AS, Donald Trump ke Gedung Putih. Hal itu dikhawatirkan akan melemahkan aliansi NATO setelah Trump mengancam tidak membela sekutu jika terjadi serangan oleh Rusia.
3. Ukraina kekurangan amunisi
Dilansir Associated Press, awal bulan ini, Jerman, Prancis dan Polandia berjanji untuk membeli lebih banyak senjata untuk Kiev. Ketiga negara tersebut juga akan meningkatkan produksi peralatan senjata.
Dalam beberapa bulan terakhir, Ukraina sedang menghadapi kekurangan amnunisi yang semakin parah. Sementara, UE telah mengirimkan 500 ribu cangkang pada Maret. Jumlah tersebut merupakan setengah dari jumlah awal yang dijanjikan. UE berjanji akan memasok sisa bantuan cangkang untuk Kiev pada akhir 2024.
AS juga telah menyediakan beberapa peluru artileri dalam paket bantuan pertahanannya senilai 300 juta dolar AS (Rp4.7 triliun). Akan tetapi, bantuan tambahan dari Washington masih tetap diblokir karena rancangan undang-undang bantuan senilai 60 miliar dolar AS (Rp952.9 triliun) masih tertahan di Kongres.