Presiden Afrika Selatan Bebas dari Dakwaan Skandal Uang Tersembunyi

Jakarta, IDN Times - Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, tidak akan menghadapi dakwaan pidana terkait skandal uang tersembunyi yang mencuat lebih dari dua tahun lalu. Hal ini diumumkan oleh jaksa pada Kamis (10/10/2024), setelah penyelidikan khusus oleh unit kepolisian menyatakan bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk menuntut Ramaphosa.
Skandal ini bermula dari tuduhan mantan kepala keamanan nasional, Arthur Fraser, yang menyebut Ramaphosa terlibat dalam penculikan, penyuapan, dan kejahatan lain terkait pencurian uang senilai 580 ribu dolar AS (Rp9 miliar) yang disembunyikan di sofa di peternakan Ramaphosa.
1. Tuduhan terhadap Ramaphosa
Pada Juni 2022, Arthur Fraser mengajukan pengaduan pidana terhadap Ramaphosa, menuduhnya terlibat dalam kejahatan serius seperti penculikan dan penyuapan. Fraser mengklaim bahwa uangnya disembunyikan di dalam sofa di peternakan Ramaphosa untuk menghindari hukum mata uang asing di Afrika Selatan.
Fraser juga menuduh Ramaphosa tidak melaporkan pencurian tersebut ke pihak berwenang, melainkan mencoba menutupinya dengan melibatkan unit perlindungan presiden untuk melacak para pencuri.
Menurut Fraser, setelah pencuri ditemukan, mereka diculik dan disuap agar tidak membocorkan keberadaan uang tersebut.
Ramaphosa mengakui bahwa pencurian terjadi di peternakannya. Namun, ia menyatakan bahwa uang tersebut berasal dari penjualan kerbau secara sah di Phala Phala, peternakan yang dimilikinya di wilayah utara Afrika Selatan.
2. Reaksi publik dan penyelidikan hukum
Skandal ini menyebabkan keributan besar di kalangan publik dan memicu penyelidikan oleh unit polisi khusus. Oposisi bahkan mengajukan mosi pemakzulan terhadap Ramaphosa di parlemen. Mosi ini didukung oleh tuduhan bahwa Ramaphosa telah melanggar hukum pencucian uang, penghindaran pajak, dan pelanggaran hukum mata uang asing.
Meski demikian, Partai Kongres Nasional Afrika (ANC), yang merupakan partai berkuasa di bawah kepemimpinan Ramaphosa, berhasil menggagalkan mosi tersebut pada akhir 2022.
Di sisi lain, Ramaphosa juga dinyatakan bebas oleh Bank Cadangan Afrika Selatan dan lembaga pengawas independen setelah penyelidikan terperinci.
"Keputusan untuk tidak mengajukan dakwaan setelah penyelidikan menyeluruh adalah kemenangan bagi kebenaran dan integritas presiden," kata juru bicara kepresidenan dalam pernyataan resmi, dikutip dari ABC News.
3. Dampak politik dan masa depan Ramaphosa
Meskipun Ramaphosa berhasil bertahan dari krisis politik yang timbul akibat skandal ini, tuduhan tersebut tetap mempengaruhi reputasinya, terutama di tengah persaingan politik internal partai ANC. Fraser, yang merupakan sekutu dekat mantan Presiden Jacob Zuma, dianggap menggunakan skandal ini sebagai alat politik untuk menjatuhkan Ramaphosa.
Dilansir dari US News, Ramaphosa dan Zuma telah menjadi rival politik sejak Zuma mengundurkan diri pada 2018 di tengah tuduhan korupsi dan digantikan oleh Ramaphosa, yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden. Pengamat politik menilai bahwa skandal ini merupakan bagian dari konflik yang lebih luas antara kedua kubu politik tersebut.
Namun, pada Juni tahun ini, Ramaphosa berhasil terpilih kembali sebagai presiden, menunjukkan bahwa meskipun terkena skandal besar, posisinya dalam partai dan di mata publik tetap kuat.