Presiden Meksiko Usai Telepon Trump: Tidak Akan Ada Perang Tarif

- Presiden Meksiko menegaskan tak akan perang tarif dengan AS setelah Trump mengancam tarif 25%.
- Meksiko telah memberikan bantuan dana dan sumber daya kepada negara Amerika Tengah untuk mengurangi arus migrasi ke AS.
- Pemerintah Meksiko memperingatkan warga tentang bahaya fentanil dan menolak ide pasukan militer AS masuk ke Meksiko.
Jakarta, IDN Times - Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menegaskan tidak akan ada perang tarif dengan Amerika Serikat (AS). Hal itu disampaikan setelah pembicaraan telepon dengan Presiden AS terpilih Donald Trump pada Kamis (28/11/2024).
Percakapan kedua pemimpin ini terjadi setelah Trump mengancam akan menerapkan tarif 25 persen terhadap Meksiko dan Kanada. Trump mendesak agar kedua negara menghentikan imigrasi ilegal dan penyelundupan fentanil ke AS.
Sheinbaum menyebut pembicaraan berlangsung ramah, namun perbedaan klaim muncul setelahnya. Trump mengklaim Sheinbaum setuju menghentikan migrasi dan menutup perbatasan selatan AS. Sheinbaum segera membantah pernyataan itu.
"Saya jamin kami tidak pernah mengusulkan menutup perbatasan utara atau selatan AS. Itu bukan ide kami dan tentu saja kami tidak setuju," tuturnya, dilansir The Guardian.
1. Trump-Sheinbaum bahas migrasi dan fentanil
Sheinbaum memaparkan berbagai inisiatif migrasi yang telah dilakukan pemerintahnya kepada Trump.
Pemerintah Meksiko telah memberikan bantuan dana dan sumber daya kepada negara-negara Amerika Tengah guna mengurangi arus migrasi ke AS. Sheinbaum menyatakan pihaknya mampu mengendalikan kelompok migran di wilayah Chiapas selatan agar tidak mencapai perbatasan AS.
Masalah fentanil juga menjadi fokus pembicaraan kedua pemimpin. Sheinbaum menjelaskan program "Fentanyl Kills" yang bertujuan memperingatkan warga Meksiko tentang bahaya narkoba tersebut. Trump disebut tertarik dengan program itu.
Sheinbaum mengangkat isu senjata AS yang masuk ke Meksiko dan digunakan kartel narkoba. Menanggapi pertanyaan wartawan tentang kemungkinan AS mengirim pasukan militer ke Meksiko, Sheinbaum menolak ide tersebut
"Itu hanya film semata. Meksiko adalah negara bebas, merdeka, dan berdaulat, itu di atas segalanya," tegasnya.
2. Peso Meksiko menguat setelah pembicaraan telepon
Trump sebelumnya mengumumkan rencana penerapan tarif 25 persen terhadap Meksiko dan Kanada. Kebijakan itu akan diterapkan bila kedua negara tidak menghentikan aliran fentanil dan migran ilegal ke AS.
Sheinbaum sempat mengancam akan membalas dengan tarif juga. Kini ketegangan mulai mereda. Peso Meksiko menguat hampir satu persen setelah pembicaraan Trump-Sheinbaum.
Meksiko menyumbang 15,9 persen dari total perdagangan AS dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Para analis memperkirakan tarif tersebut akan mendorong kenaikan harga konsumen AS.
Menteri Ekonomi Meksiko Marcelo Ebrard menilai penerapan tarif tidak mungkin terjadi. Menurutnya, kebijakan tarif akan mengakibatkan 400 ribu warga AS kehilangan pekerjaan.
Rencana tarif Trump juga bertentangan dengan perjanjian perdagangan bebas AS-Meksiko-Kanada (USMCA). Perjanjian tersebut ditandatangani Trump saat masa jabatan pertamanya dan akan ditinjau pada 2026.
3. Trump gunakan ancaman tarif untuk negosiasi
Dilansir Reuters, para analis melihat ancaman tarif sebagai taktik negosiasi menjelang peninjauan USMCA. AS masih memiliki defisit perdagangan signifikan dengan Meksiko. Kekhawatiran AS juga muncul terkait meningkatnya investasi China di negara tetangganya itu.
Sheinbaum mendorong Trump menghentikan blokade terhadap Kuba dan Venezuela. Ia menyebut blokade tersebut membuat rakyat menderita dan memicu fenomena migrasi. Dampak rencana deportasi migran ilegal AS juga menjadi perhatian Meksiko.
Sekitar separuh dari 11 juta migran tidak berdokumen di AS berasal dari Meksiko. Trump berencana mendeportasi mereka saat menjabat nanti. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah baru bagi Meksiko.
Mantan diplomat Meksiko Gabriel Guerra menilai hubungan kedua negara masih akan menghadapi periode sulit.
"Jangan lupa, kita berhadapan dengan Donald Trump. Ini tidak akan berakhir selama empat tahun. Tapi ini bukan awal yang buruk," ungkapnya, dilansir Washington Post.