Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Putra Mahkota Saudi Dituding Berniat Bunuh Raja Abdullah Pakai Racun

ANTARA/Saudi Press Agency/SPA

Jakarta, IDN Times – Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), disebut berencana membunuh mendiang Raja Abdullah menggunakan cincin beracun, kata mantan pejabat intelijen Saudi. Pernyataan itu terungkap ketika CBS mewawancarai Saad al-Jabri.

Dilansir BBC, Saad menuturkan bahwa MBS berencana untuk membunuh pamannya itu pada 2014. Dia juga menyebut MBS sebagai psikopat.

“Dia adalah pembunuh di Timur Tengah dengan sumber daya tak terbatas, yang menimbulkan ancaman bagi rakyatnya, ke Amerika dan ke planet ini,” ujar Saad.

1. MBS disebut memperoleh cincin beracun dari Rusia

Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman berjabat tangan dengan putra mendiang Jamal Khasshogi yaitu Salah Khasshogi di istana kerajaan Arab Saudi pada 23 Oktober 2018. Saudi Press Agency

Menurut Saad pada 2014, MBS mengatakan kepada sepupunya Mohammad bin Nayef, yang saat itu menjabat menteri dalam negeri, bahwa dia bisa mengatur pembunuhan Raja Abdullah.

“Saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin racun dari Rusia. Cukup bagi saya untuk berjabat tangan dengannya dan dia akan selesai,” papar Saad, meniru percakapan MBS kepada Nayef.

"Apakah dia hanya membual? Dia mengatakan itu dan kami (intelijen) menganggapnya serius," sambung Saad.

Pada akhirnya, rencana itu tidak terjadi karena permasalahan suksesi bisa diselesaikan secara pribadi di dalam istana. Namun, Saad mengatakan bahwa pertemuan tentang ucapan MBS direkam secara diam-diam dan dia tahu di mana salinan videonya.

2. Saad melarikan diri ke Kanada

(Putra Mahkota MBS berkunjung ke Gedung Putih) Dewan Kerajaan Arab Saudi

Sebagai informasi, Raja Abdullah meninggal di usia 90 tahun pada 2015. Posisinya digantikan oleh pangeran Nayef. Kemudian, pada 2017 Nayef digantikan oleh MBS dan dia juga kehilangan jabatannya sebagai menteri dalam negeri. Nayef bahkan dilaporkan menjadi tahanan rumah atas tuduhan yang belum jelas.

Saad melarikan diri ke Kanada setelah Nayef digulingkan. Dia turut bercerita, MBS mengirim tim intelijen untuk membunuhnya pada Oktober 2018, beberapa hari setelah agen Saudi membunuh jurnalis Jamal Khashoggi di Turki.

Tim pembunuh bahkan sudah mendarat di Bandara Ottawa, tetapi mereka dideportasi oleh bea cukai karena kedapatan membawa peralatan yang mencurigakan.

3. Saudi sebut Saad sebagai pembohong yang korup

ANTARA/Saudi Press Agency/SPA

Merespons berbagai tuduhan kepada MBS, Kedutaan Saudi di Washington menyebut Saad sebagai pembohong.

"Dia memiliki sejarah panjang mengarang dan menciptakan gangguan untuk menyembunyikan kejahatan keuangan yang dia lakukan, yang berjumlah miliaran dolar, untuk memberikan kemewahan, gaya hidup bagi dirinya dan keluarganya,” kata kedutaan.

Saad dituntut oleh kerajaan Saudi atas tuduhan korupsi. Hakim di Kanada juga telah membekukan asetnya, dengan bukti awal bahwa dia melakukan penipuan dalam jumlah besar.

Saad menyangkal telah mencuri uang pemerintah. Sebaliknya, dia justru menyebut banyak uang yang ia terima karena hadiah dari bosnya. Pada Maret 2020, otoritas Saudi menahan anak-anak Saad, Omar dan Sarah. Kelompok hak asasi manusia menyebut aksi itu sebagai upaya Saudi untuk memaksa Saad kembali ke negaranya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us