Relasi Tak Akur dengan Georgia, Jerman Putuskan Tarik Dubesnya

- Jerman memutuskan untuk menarik Dubesnya dari Georgia karena tuduhan tanpa bukti terkait intervensi dalam urusan dalam negeri.
- PM Georgia menyebut birokrasi di UE sama dengan Nazi Jerman, namun Dubes Jerman mengecam perbandingan tersebut.
- Menlu Finlandia didenda oleh Georgia atas tuduhan ikut demo, yang juga memperburuk hubungan kedua negara.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman, Johann Wadephul memutuskan untuk memanggil Duta Besar Jerman di Georgia, Peter Fischer. Keputusan ini didorong rentetan tuduhan tanpa bukti dari anggota pemerintahan Georgia.
“Dalam beberapa bulan, pemerintah Georgia terus menunjukkan penolakan kepada Uni Eropa (UE) dan Jerman. Maka dari itu, kami memanggil Dubes Fischer untuk berkonsultasi,“ ungkapnya, dikutip dari Civil pada Senin (20/10/2025)
Hubungan Georgia dengan negara-negara anggota UE terus memanas. UE menuding pemerintah Georgia di bawah Partai Georgian Dream (GD) telah melakukan tindakan represif kepada demonstran dan oposisi.
1. Jerman dituding ikut menyerang kantor GD
Penarikan ini menjadi lanjutan dari eskalasi tensi antara Jerman dan Georgia dalam sebulan terakhir. Pada pertengahan September, Georgia sudah memanggil Fischer terkait tuduhan intervensi dalam urusan dalam negeri.
Kepala GD, Shalva Papuashvili menyebut, Kedutaan Besar (Kedubes) Jerman ikut mendukung aksi serangan ke Kantor Pusat GD di Tbilisi. Tuduhan tanpa bukti tersebut memicu kemarahan dari pihak Kedubes Jerman di Georgia, dikutip dari Jam News.
Pada awal Oktober, Jerman sudah memanggil perwakilan Georgia soal serangkaian tuduhan tanpa bukti. Berlin menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak dapat dibuktikan dan menjadi lanjutan retorika agresif dari Tbilisi.
2. PM Georgia sebut birokrasi di UE sama dengan Nazi Jerman

Perdana Menteri Georgia, Irakli Kobakhidze mengungkapkan bahwa birokrasi di UE sama dengan propaganda Nazi Jerman. Menurutnya demonstrasi menolak hasil pemilihan umum lokal ini adalah sebuah percobaan kudeta.
“Mari kita ingat kembali bahwa Eropa bukanlah untuk obat untuk semua hal. Propaganda Nazi Jerman yang disuarakan oleh Joseph Goebbels juga terjadi di Eropa. Kami tidak boleh membiarkan propaganda seperti ini kembali ke Eropa,” terangnya, dikutip dari OC Media.
Menanggapi pernyataan ini, Fischer mengecam perbandingan tersebut. Ia menyebut, sejarah UE dan Nazi Jerman berbeda secara sejarah, politik, dan moral yang dianutnya.
3. Menlu Finlandia didenda usai dituduh ikut demo di Georgia
Tak hanya bersitegang dengan Jerman, Georgia juga terlibat perselisihan dengan Finlandia. Perselisihan ini disebabkan oleh tuduhan Menlu Finlandia, Elina Valtonen terlibat dalam demonstrasi di Georgia.
Dilansir Politico, Valtonen sebenarnya berkunjung di Georgia untuk menghadiri acara Organization for Security and Cooperation (OSCE). Acara tersebut akhirnya dibatalkan oleh pemerintah setempat atas dugaan Valtonen ikut dalam aksi di Tbilisi.
Atas hal itu, otoritas Georgia sudah menetapkan denda sebesar 5 ribu lari (Rp30,6 juta) kepada Valtonen karena ikut memblokir jalan. Denda ini umumnya digunakan kepada demonstran anti-pemerintah di Georgia.