Remaja 14 Tahun Tewas Diterkam Singa di Kenya

- Remaja perempuan tewas diterkam singa betina di Nairobi, Kenya.
- Singa memasuki permukiman dan menyerang korban.
- KWS meningkatkan langkah-langkah keamanan dan pencarian singa yang belum ditemukan.
Jakarta, IDN Times - Seorang remaja perempuan berusia 14 tahun tewas diterkam oleh seekor singa betina di pinggiran kota Nairobi, Kenya. Peristiwa tragis itu terjadi di sebuah peternakan yang terletak di perbatasan selatan taman nasional pada Sabtu (19/4/2025).
Dinas Margasatwa Kenya (KWS) mengatakan singa betina itu memasuki kompleks permukiman dekat Taman Nasional Nairobi setelah melompati pagar darurat. Hewan tersebut kemudian menyelinap ke dalam sebuah rumah dan menyerang korban yang berada di dalamnya.
“Tidak ada bukti adanya provokasi dari korban,” kata Manajer Senior Komunikasi Korporat KWS, Paul Udoto, kepada CNN.
1. Jebakan dipasang untuk tangkap hewan tersebut
Seorang remaja lainnya yang menyaksikan kejadian itu langsung meminta pertolongan. Petugas KWS dan tim darurat pun dikerahkan ke lokasi kejadian. Mereka mengikuti jejak darah yang mengarah ke Sungai Mbagathi, di mana jasad korban ditemukan dengan kondisi luka di bagian punggung.
Singa betina tersebut belum ditemukan, namun KWS mengatakan telah memasang jebakan dan mengerahkan tim untuk mencarinya. Selain itu, mereka juga meningkatkan langkah-langkah keamanan, termasuk pemasangan pagar listrik dan sistem peringatan dini berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk memberi tahu masyarakat tentang pergerakan hewan liar di sekitar permukiman.
Taman Nasional Nairobi terletak sekitar 10 km dari pusat kota dan merupakan rumah bagi berbagai satwa seperti singa, kerbau, jerapah, macan tutul, dan cheetah. Taman ini dipagar di tiga sisi untuk mencegah hewan masuk ke kota, namun sisi selatannya terbuka untuk memungkinkan hewan bermigrasi masuk dan keluar dari area tersebut.
2. Seorang penggembala juga tewas diserang gajah
Dalam insiden berbeda pada Jumat (18/4/2025), seorang pria berusia 54 tahun diserang oleh seekor gajah saat sedang menggembalakan ternak di hutan di Kabupaten Nyeri, Kenya. Pria tersebut menderita luka di dada, patah tulang rusuk dan trauma internal. Ia kemudian dinyatakan meninggal saat tiba di rumah sakit.
Paula Kahumbu, ketua kelompok konservasi WildlifeDirect, mengatakan bahwa dua kematian tersebut bukanlah kejadian terisolasi. Ia mendesak KWS untuk meningkatkan penilaian risiko serta memastikan komunikasi yang akurat dan real-time mengenai pergerakan dan perilaku satwa liar, terutama di daerah yang berisiko tinggi.
Ia juga meminta agar semua penginapan, kamp, dan kawasan permukiman yang dekat dengan habitat satwa liar dilengkapi dengan sistem pencegah predator, seperti lampu, alarm, pagar yang aman, dan semprotan antipredator
“Pencegahan adalah garis pertahanan pertama dan terbaik kita,” tambahnya, dikutip dari BBC.
3. Serangan satwa liar disebabkan oleh tekanan ekologi dan perambahan manusia ke habitat mereka
Tim KWS masih menyelidiki serangan tersebut, namun temuan awal menunjukkan bahwa keduanya terkait dengan tekanan ekologi dan perambahan manusia terhadap habitat satwa liar.
KWS menduga singa betina tersebut mengalami disorientasi atau penyimpangan dari perilaku berburu alaminya akibat kelangkaan mangsa di habitat aslinya. Hal ini semakin diperparah dengan meningkatnya aktivitas manusia di sekitar taman nasional. Sementara itu, serangan gajah terjadi karena korban masuk ke hutan untuk menggembalakan ternak.
"Aktivitas manusialah yang telah memasuki wilayah jelajah hewan tersebut, sehingga memicu terjadinya konflik,” kata Udoto.
Ia menjelaskan bahwa serangan singa hanya terjadi kurang dari 2 persen dari seluruh insiden yang melibatkan manusia dan satwa liar. Sebaliknya, insiden yang melibatkan gajah lebih sering terjadi, terutama saat musim kemarau. Pada periode tersebut, mamalia besar itu akan bermigrasi untuk mencari air dan makanan, sehingga berpotensi memasuki lahan pertanian atau permukiman warga.