Fasilitas Nuklir Rusia diduga Bocor, Awan Radioaktif Selimuti Eropa

Kalau yang bocor ban motor sih biasa...

Moscow, IDN Times - Badan meteorologi Rusia mengonfirmasi adanya konsentrasi radioaktif isotop ruthenium-106 yang sangat tinggi di beberapa titik di wilayah mereka. Dikutip dari The Guardian, pernyataan tersebut diberikan usai beberapa negara Eropa melaporkan adanya awan radioaktif pada pertengahan November.

Ada dugaan insiden nuklir yang menyebabkan kebocoran ruthenium-106.

Fasilitas Nuklir Rusia diduga Bocor, Awan Radioaktif Selimuti EropaIRSN

Berdasarkan konfirmasi dari Rusia, stasiun pemantau di dua kota , Argayash dan Novogorny, aerosol radioaktif yang mengandung ruthenium-106 itu ditemukan terjadi antara 25 September hingga 1 Oktober. 

Konsentrasi tertinggi ditemukan di Argayash di mana polusinya mencapai 986 kali lebih buruk dari kondisi normal. Organisasi nirlaba yang fokus pada penyelamatan lingkungan, Greenpeace, menduga adanya kebocoran di fasilitas nuklir Rusia di area bernama Mayak.

Pasalnya, stasiun pemantau Argayash berjarak hanya 30 kilometer dari lokasi tersebut. "Greenpeace akan mengirimkan surat yang meminta kejaksaan untuk menyelidiki ada potensi insiden nuklir yang ditutupi," ujar pihak Greenpeace.

Setelah Chernobyl, bencana nuklir terparah kedua dalam sejarah terjadi di Mayak pada 1957. Kala itu, tangki penyimpanan limbah cairan yang mengandung radioaktif tinggi meledak. Ratusan ribu orang terpapar level radiasi kronis yang tak hanya merusak tubuh mereka pada kecepatan beragam, tapi juga merenggut nyawa mereka.

Baca juga: Di Jepang, Manga Juga Berguna Untuk Antisipasi Nuklir Korut

Denmark jadi salah satu negara pertama yang melaporkan adanya awan radioaktif tersebut.

Fasilitas Nuklir Rusia diduga Bocor, Awan Radioaktif Selimuti EropaInstagram International Atomic Energy Agency

Pada bulan Oktober, sejumlah peneliti di stasiun pemantau radiasi atmosfer menemukan adanya awan radioaktif ruthenium-106 yang tak secara natural ada di bumi. Awan tersebut tidak hanya ada di Denmark, tapi juga menyebar di beberapa negara Eropa, termasuk Spanyol, Italia, Prancis dan Cyprus.

Seperti dilaporkan NPR, saat itu tak ada satu pun pemerintah yang mengumumkan adanya insiden nuklir atau yang melibatkan ruthenium-106. Hanya saja, beberapa peneliti mencurigai sumbernya dari Rusia. 

Ruthenium-106 sendiri adalah hasil dari pemecahan atom dalam sebuah reaktor. Meski begitu terdengar mengerikan, tapi lembaga milik Prancis yang mengurusi standar keamanan nuklir (IRSN) menyebutkan bahwa awan radioaktif itu tidak membahayakan kesehatan. 

Baca juga: Jepang Peringati 5 Tahun Bencana Nuklir Fukushima, Warga Mengheningkan Cipta

Topik:

Berita Terkini Lainnya