Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Teken Pakta Pertahanan, Korut-Rusia Sepakat Saling Respons Serangan

bendera Rusia (pexels.com/Сергей Велов)
Intinya sih...
  • Korea Utara (Korut) meratifikasi perjanjian pertahanan penting dengan Rusia untuk bantuan militer timbal balik.
  • Setidaknya 11 ribu tentara Korut dikirim ke Ukraina untuk berperang di garis depan melawan pasukan Kiev.
  • Perjanjian Korut-Rusia mengharuskan kedua negara memberikan bantuan militer segera jika salah satu diserang, meningkatkan kekhawatiran internasional.

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) meratifikasi perjanjian pertahanan penting dengan Rusia yang menetapkan bantuan militer timbal balik. Itu dilakukan seiring dengan meningkatnya kekhawatiran internasional atas peningkatan kerja sama militer antara Moskow dan Pyongyang.

Intelijen Korsel, AS, dan Ukraina mengatakan bahwa setidaknya 11 ribu tentara Korut telah dikirim untuk berperang di garis depan melawan pasukan Kiev. Sebagian besar pasukan Pyongyang telah dikerahkan ke wilayah Kursk di Rusia, yang sebagian berada di bawah kendali negara yang didukung Barat tersebut, dikutip dari Al Jazeera.

Pemimpin Korut Kim Jong Un menandatangani dekrit untuk meratifikasi perjanjian tersebut pada Senin (11/11/2024). Perjanjian tersebut dianggap sebagai kesepakatan terbesar kedua negara sejak berakhirnya Perang Dingin. Perjanjian mulai berlaku ketika kedua belah pihak saling bertukar instrumen ratifikasi.

1. Perjanjian memberi sinyal Korut bakal masuki perang Rusia-Ukraina secara resmi

Perjanjian Korut-Rusia mengharuskan kedua negara menggunakan segala cara untuk memberikan bantuan militer segera jika salah satu negara diserang. Perjanjian itu juga menyerukan keduanya untuk secara aktif bekerja sama dalam upaya membangun tatanan dunia baru yang adil dan multipolar, serta memperkuat kerja sama di berbagai sektor.

Kim memuji perjanjian tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Pyongyang dan Moskow. Dia menggambarkan perjanjian militer itu sebagai sesuatu yang mirip dengan aliansi antara Rusia dan Korut.

Menteri Luar Negeri Korut, Choe Son Hui, mengatakan negaranya akan mendukung Moskow sampai hari kemenangan. Dia menyebut serangan Rusia terhadap Ukraina sebagai perjuangan suci dan mengatakan pihaknya percaya pada kepemimpinan bijaksana Putin, mengutip AFP.

Beberapa pengamat berspekulasi bahwa ratifikasi perjanjian tersebut di kedua negara dapat memberi sinyal bahwa Pyongyang akan memasuki perang Rusia-Ukraina secara resmi.

2. Pengiriman pasukan Korut mengancam eskalasi perang

ilustrasi bendera Korea Utara (unsplash.com/Micha Brandli)

Pengiriman pasukan Korut mengancam akan mengeskalasi perang yang sudah berlangsung hampir tiga tahun. Korsel, AS, dan mitra-mitra mereka juga khawatir mengenai imbalan apa yang bisa diberikan Rusia kepada Pyongyang.

Kemungkinan transfer teknologi sensitif oleh Moskow untuk meningkatkan program nuklir dan rudal Korut yang sudah maju, akan menjadi perkembangan yang mengkhawatirkan bagi Washington dan sekutunya. Korsel memperingatkan bahwa pihaknya mungkin akan mengirim senjata ke Ukraina jika tentara Pyongyang tidak ditarik dari Rusia.

"Jika Korut mengirimkan pasukan khusus ke perang Ukraina sebagai bagian dari kerja sama Rusia-Korut, kami akan mendukung Ukraina secara bertahap dan juga meninjau, serta menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk keamanan di Semenanjung Korea," kata Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol.

3. Zelenskyy mengecam lemahnya respons Barat

ilustrasi tentara Ukraina (pixabay.com/LukasJohnns)

Dilansir Associated Press, Korut dan Moskow telah secara signifikan memperkuat kerja samanya. Badan mata-mata Korsel mengatakan bahwa Pyongyang telah mengirim lebih dari 13 ribu kontainer artileri, rudal, dan senjata konvensional lainnya ke Rusia sejak Agustus 2023 untuk mengisi kembali persediaan senjatanya yang semakin menipis.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Senin bahwa Rusia telah mengumpulkan 50 ribu tentara, termasuk tentara Korut di Kursk. Itu dilakukan sebagai persiapan untuk melancarkan serangan besar-besaran dan merebut kembali wilayah yang hilang dari pasukan Kiev di wilayah perbatasan.

Pada pekan lalu, Zelenskyy mengecam lemahnya respons Barat terhadap keterlibatan Pyongyang dalam konflik tersebut. Pemimpin itu juga memperingatkan bahwa halaman baru dalam ketidakstabilan di dunia telah terbuka, setelah pasukannya melawan pasukan Korut dalam pertempuran yang dilaporkan menimbulkan korban jiwa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Angga Kurnia Saputra
EditorAngga Kurnia Saputra
Follow Us