Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Terancam Rusia, NATO Pertimbangkan Naikkan Anggaran Pertahanan

Pemimpin negara anggota NATO berfoto di Markas Besar NATO di Brussel, Belgia, pada 4 April 2022. (commons.wikimedia.org/U.S. Department of State)

Jakarta, IDN Times - NATO sedang membahas peningkatan target anggaran pertahanan karena beberapa di antaranya belum memenuhi ambang batas 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menyebutkan bahwa belanja pertahanan dari Kanada dan negara-negara Eropa anggota NATO meningkat 20 persen pada 2024. Total investasi mencapai 485 miliar dolar AS (Rp7,2 triliun). Namun, ia menyatakan bahwa jumlah tersebut masih belum cukup untuk mengantisipasi ancaman serangan Rusia sebelum akhir dekade ini.

"Dua pertiga sekutu menghabiskan setidaknya 2 persen dari PDB mereka untuk pertahanan. Saya berharap lebih banyak sekutu akan memenuhi dan dalam banyak kasus, melampaui target pada 2025," katanya pada Selasa (12/2/2025), dilansir Euronews.

Menteri pertahanan dari 32 negara anggota NATO bertemu di Brussels pada Kamis. Ini merupakan pertemuan pertama mereka sejak pemerintahan Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dilantik. Agenda utama dalam pertemuan ini adalah dukungan untuk Ukraina serta peningkatan anggaran pertahanan.

1. AS usul kenaikan anggaran hingga 5 persen PDB

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Trump sebelumnya mengusulkan kenaikan target belanja pertahanan NATO menjadi 5 persen dari PDB. Angka tersebut hingga kini belum dipenuhi oleh satu pun anggota.

Inggris telah menetapkan target 3 persen, sementara Rutte memperkirakan bahwa tak menutup kemungkinan anggaran akan ditingkatkan hingga angka 4 persen.

“Jika tetap di angka 2 persen, kami tidak akan mampu mempertahankan diri dalam empat hingga lima tahun ke depan,” kata Rutte.

Menurutnya, kesenjangan kapasitas militer saat ini terlalu besar untuk tetap menggunakan target yang ditetapkan sejak 2014.

2. Rusia bakal serang NATO dalam limat tahun

Ilustrasi pasukan militer Rusia. (unsplash.com/Michael Mráz)

Pada kesempatan itu, Rutte ditanya mengenai laporan intelijen Denmark yang menyebutkan rencana Rusia melancarkan perang skala penuh terhadap NATO di Eropa sebelum akhir dekade ini jika AS menarik dukungannya. Ia mengatakan bahwa respons NATO akan sangat menghancurkan jika hal itu terjadi.

“Putin akan kalah. Jadi jangan biarkan dia mencoba. Dan dia tahu itu. NATO memiliki sistem pertahanan dan pencegahan yang sangat kuat,” ujar Rutte.

Namun, ia juga mengakui bahwa Rusia saat ini mengeluarkan lebih banyak dana dan memproduksi lebih banyak peralatan militer dibandingkan negara-negara Eropa. Hal itu yang dikhawatirkan bisa mengubah keseimbangan kekuatan pada 2030.

Di sisi lain, Uni Eropa tengah mencari cara untuk meningkatkan anggaran dan produksi pertahanan guna menutup kesenjangan keuangan yang diperkirakan mencapai 500 miliar euro dalam dekade mendatang.

Salah satu opsi yang sedang dibahas adalah mengecualikan pengeluaran pertahanan dari aturan fiskal Uni Eropa atau menerbitkan Eurobond untuk mendanai proyek pertahanan bersama.

3. Intelijen Denmark ungkap skenario serangan Rusia

Ilustrasi Kremlin, pusat pemerintahan Rusia di Moskow. (unsplash.com/Michael Parulava)

Dalam laporan Politico pada Selasa, Dinas Intelijen Denmark (DDIS) menduga kuat ada rencana dari Rusia untuk menyerang negara anggota NATO dalam watu dekat. Hal itu didasari pada kondisi politik NATO saat ini di tengah rencana penarikan AS dari blok tersebut.

"Rusia kemungkinan besar akan lebih bersedia menggunakan kekuatan militer dalam perang regional melawan satu atau lebih negara NATO Eropa jika menganggap NATO melemah secara militer atau terpecah secara politik," demikian laporan tersebut.

DDIS setidaknya telah memperkirakan ada tiga skenario yang akan terjadi di masa depan. Saat perang Rusia dan Ukraina berakhir, Rusia akan memiliki kesempatan untuk mengisi ulang senjatanya.

Dalam waktu enam bulan, pembaruan tersebut memproyeksikan, Rusia akan mampu melancarkan perang lokal dengan negara tetangga. Dalam waktu dua tahun, Rusia dapat melancarkan perang regional di wilayah Laut Baltik.

Sementara itu, dalam waktu lima tahun, Rusia sudah dapat melancarkan serangan skala besar ke Eropa, asalkan AS tidak terlibat.

Ancaman Rusia bagi NATO kian menjadi nyata. Namun Badan tersebut mencatat pihaknya tidak memperhitungkan kemungkinan peningkatan kemampuan pertahanan NATO.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us