Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Ogah Bela Sekutu NATO yang Tak Penuhi Target Belanja Pertahanan

Presiden terpilih AS, Donald Trump. (Shaleah Craighead, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan tidak akan membela sekutu-sekutunya di NATO, jika mereka tidak membayar cukup untuk pertahanannya sendiri. Pernyataan Trump memicu tanda bahaya di Eropa hingga Asia, di mana para pemimpin sudah khawatir tentang penarikan dukungan keamanan Washington di Ukraina.

"Itu akal sehat, kan. Jika mereka tidak membayar (belanja pertahanan), saya tidak akan membela mereka. Tidak, saya tidak akan membela mereka," bunyi pernyataan Trump pada Kamis (6/3/2025), dikutip dari The Guardian.

Retorika Trump telah disampaikan sejak kampanye 2024, di mana pemimpin AS itu menyatakan akan mendorong Rusia untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan kepada sekutu NATO yang tidak menghabiskan cukup dana pertahanan.

Sejak tahun lalu, utusan khusus Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, mengatakan akan mengajukan kebijakan pencabutan perlindungan keamanan bagi negara-negara yang tidak memenuhi ambang batas NATO untuk anggaran belanja pertahanan 2 persen dari PDB.

1. Penarikan dukungan AS ke Ukraina memicu kekhawatiran NATO

Komentar Trump muncul di saat penarikan dukungan militer dan intelijen AS untuk Ukraina guna menekan Kiev agar menerima kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Sebagai tanggapan, sekutu Eropa tengah bergerak untuk meningkatkan dukungannya untuk negara yang dilanda perang itu guna membantunya menahan invasi Moskow, mengutip Politico.

"Presiden Trump telah memperjelas komitmen AS dan komitmennya secara pribadi kepada NATO, dan juga memperjelas harapan bahwa kita di Eropa harus berbuat lebih banyak dalam hal pengeluaran pertahanan," kata sekjen NATO, Mark Rutte.

Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, membuat aliansi pertahanan Barat bergolak pada bulan lalu ketika mengatakan bahwa Washington tidak akan berpartisipasi dalam pasukan penjaga perdamaian di Ukraina, yang bukan anggota NATO. Pihaknya juga tidak akan membela negara mana pun yang berpartisipasi di dalamnya jika diserang oleh Rusia. 

2. Trump meragukan komitmen Eropa untuk melindungi AS jika diserang

ilustrasi bendera Uni Eropa (UE) (unsplash.com/Alexey Larionov)

Trump mengatakan dirinya memandang NATO berpotensi baik. Namun, Trump mempertanyakan apakah sekutu-sekutu Eropa akan membela negaranya jika terjadi serangan.

"Jika AS dalam masalah, dan kami menghubungi mereka (sekutu-sekutu NATO), kami berkata, Kami punya masalah, Prancis. Kami punya masalah, beberapa masalah lain yang tidak akan saya sebutkan. Apakah menurutmu mereka akan datang dan melindungi kita? Mereka seharusnya datang. (namun) Saya tidak begitu yakin," ungkap Trump, dilansir ABC News. 

Meski demikian, nyatanya NATO telah membantu AS setelah serangan 11 September 2001, satu-satunya waktu dalam sejarah aliansi berusia 75 tahun itu di mana jaminan pertahanan diberlakukan.

Pasal 5 yang menyatakan bahwa serangan bersenjata terhadap anggota mana pun harus dianggap sebagai serangan terhadap semua, diberlakukan setelah serangan ke menara kembar pada 2001. Insiden itu telah memicu operasi terbesar NATO di Afghanistan, di mana militer Prancis berpartisipasi dalam operasi tersebut.

3. Trump dapat memanfaatkan komitmen AS ke NATO untuk menargetkan perang dagangnya

ilustrasi peta Eropa (pexels.com/Pixabay)

Trump juga tampak mengisyaratkan komitmen AS terhadap NATO dapat dimanfaatkan dalam perang dagangnya. Pemimpin Negeri Paman Sam itu berupaya menargetkan apa yang disebutnya sebagai kebijakan perdagangan yang tidak adil dengan negara-negara lain, termasuk Uni Eropa.

"Anda harus memiliki pemikiran yang baik tentang NATO. Sungguh tidak adil, apa yang telah terjadi. Sampai saya datang, kami membayar hampir 100 persen dari NATO. Jadi pikirkanlah, kami membayar 100 persen dari militer mereka, dan mereka menipu kami dalam hal perdagangan," kata Trump.

Komentar Trump yang merendahkan NATO sebagian besar sejalan dengan kritiknya selama bertahun-tahun terhadap aliansi tersebut. Namun, pernyataannya pada Kamis muncul di saat meningkatnya kekhawatiran Barat atas hubungan dekat Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang telah lama melihat NATO sebagai ancaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us