Ukraina Ingin Kirim Bantuan Pangan ke Suriah

Jakarta, IDN Times - Menteri Kebijakan Agraria Ukraina Vitaliy Koval, pada Jumat (13/12/2024), mengungkap rencana pengiriman bantuan pangan ke Suriah. Ia menyebut Suriah membutuhkan bantuan pangan usai lengsernya mantan Presiden Bashar al Assad.
Sebelumnya, Ukraina dituding terlibat dalam membantu pemberontak Suriah untuk melengserkan Assad. Kiev disebut telah mengirimkan puluhan operator drone dan ratusan drone untuk kepada pemberontak untuk melawan tentara pemerintah Suriah.
1. Klaim rezim Assad menggantungkan impor pangan dari Rusia
Koval mengungkapkan, rakyat Suriah akan menghadapi krisis pangan setelah lengsernya Assad. Selama ini, pemerintahan Assad menggantungkan impor produk pangan dari Rusia.
"Ini cukup penting. Kami harus berada di sana dengan produk pangan kami. Kami sangat terbuka dengan pengiriman produk pangan dan jika Suriah membutuhkan makanan. Kami akan ada di sana," tuturnya, dikutip Reuters.
Selama ini, Ukraina menjadi salah satu eksportir pangan ke negara-negara Timur Tengah dan Afrika. Namun, negara Eropa Timur itu tidak mengirim produk pertaniannya ke Suriah.
Pada 2023-2024, ekspor jagung ke Suriah hanya mencapai 6 ribu metrik ton dari total 29,4 juta ton jagung yang diekspor Ukraina. Kemungkinan terdapat sejumlah biji-bijian yang masuk ke Suriah melalui negara tetangganya.
2. Sybiha upayakan pengembalian relasi Ukraina-Suriah
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, mengatakan kesiapan negaranya untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan pemerintahan baru Suriah.
"Assad sudah jatuh. Inilah nasib seorang diktator yang menggantungkan pada Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia akan selalu mengkhianati orang yang menggantungkannya. Tujuan utama kami saat ini mengembalikan keamanan di Suriah dan melindung warga sipil dari aksi kekerasan," tuturnya, dilansir Ukrainska Pravda.
Sybiha menyatakan bahwa kejatuhan Assad adalah bentuk kelemahan rezim Putin. Ia mengklaim Rusia tidak mampu mengatasi dua front peperangan sekaligus dan memilih meninggalkan sekutunya.
Ia pun meminta agar pemerintah baru Suriah memikirkan ulang terkait hubungannya dengan Putin yang mengakibatkan tewasnya ribuan warga. Ia juga yakin kepergian Rusia dari Suriah penting untuk menjamin keamanan jangka panjang.
3. Rusia tarik peralatan tempurnya dari Suriah
Pada hari yang sama, Rusia dilaporkan sudah membereskan peralatan tempurnya di pangkalan Angkatan Udara (AU) Khmeimim di Suriah. Berdasarkan citra satelit Maxar, terdapat dua pesawat An-124 yang sedang bongkar muat di pangkalan tersebut.
"Rusia masih mengupayakan konsolidasi di Khmeimim dan Tartus. Dalam waktu dekat, mereka akan menarik pasukan dan peralatan tempurnya dari Suriah. Masih belum bisa dipastikan apakah mereka akan pergi sepenuhnya atau tidak," tutur peneliti dari Carnegie Endownment, Michael Kofman, dilansir dari The Moscow Times.
Dalam beberapa hari terakhir, Rusia terus bernegosiasi dengan pemerintah baru di Suriah untuk menentukan nasib fasilitas militernya di negara Timur Tengah itu.
"Kami masih berdialog dengan sejumlah pihak yang saat ini memegang kontrol di Suriah. Ini penting dilakukan karena pangkalan militer dan misi diplomatik kami masih berada di sana," ungkap Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov.