Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ukraina Tahan Tentara Korut yang Terluka

Bendera Negara Ukraina. (pexels.com/Andrii Smuryhin)

Jakarta, IDN Times - Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS), pada Jumat (27/12/2024), mengatakan bahwa Ukraina telah menangkap tentara Korea Utara (Korut) yang terluka. 

Penangkapan tersebut terjadi di wilayah Kursk, Rusia, yang sebelumnya menjadi lokasi pertempuran sengit antara pasukan Rusia, Ukraina, dan kontingen Korut.

Foto prajurit yang tampak kurus dan terluka itu sempat beredar di aplikasi Telegram. Pasukan Ukraina menyebut bahwa prajurit Korut ini menggunakan dokumen identitas palsu dengan nama-nama Rusia untuk menyembunyikan asal-usul mereka.

1. Korut kirim 10 ribu tentara ke Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) mengadakan pembicaraan dengan Ketua Dewan Negara Korea Utara, Kim Jong Un (kiri), di Vladivostok, tepatnya di Pulau Russky pada 25 April 2019. (The Presidential Press and Information Office, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Lebih dari 10 ribu tentara Korut telah dikirim untuk mendukung pasukan Rusia sejak Pyongyang dan Moskow mempererat kerja sama militer mereka. Meskipun Rusia dan Korut tidak secara resmi mengakui keberadaan pasukan tersebut, Ukraina dan Korea Selatan terus mengungkap bukti-bukti yang menunjukkan keterlibatan mereka.

Yang Uk, seorang peneliti di Asian Institute for Policy Studies, menjelaskan bahwa bagi pasukan Ukraina, menangkap tentara Korut lebih menguntungkan daripada membunuh mereka.

“Mereka bisa menjadi alat tukar untuk membebaskan tawanan perang Ukraina,” ujarnya kepada BBC.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia mencoba menyembunyikan identitas tentara Korut yang tewas dengan membakar jasad mereka. Hingga kini, sekitar 3 ribu tentara Korut dilaporkan tewas atau terluka selama pertempuran di wilayah Kursk, dilansir dari BBC.

2. Prajurit Korut hadapi tantangan berat

Dilansir dari The Guardian, tentara Korut disebut menghadapi berbagai kesulitan di medan perang. Tidak hanya menghadapi perlawanan kuat dari pasukan Ukraina, mereka juga kekurangan logistik, termasuk air minum. Serangan-serangan Ukraina di dekat Novoivanovka bahkan dilaporkan telah menyebabkan kerugian besar di pihak Korut.

“Pasukan Korut di Kursk menggunakan taktik yang sama seperti yang diterapkan selama Perang Korea 70 tahun lalu,” demikian laporan dari CNN.

Namun, peralatan yang usang dan kurangnya pengalaman membuat mereka rentan di medan perang yang asing ini.

Pihak Ukraina juga menemukan bahwa dokumen identitas tentara Korut sering kali dipalsukan.

“Mereka menggunakan nama dan tempat lahir yang disesuaikan dengan format Rusia, seperti mencantumkan asal dari Republik Tuva,” tulis CNN.

3. Kerja sama Rusia dan Korut picu kekhawatiran internasional

Dilansir dari The Economic Times, pengiriman tentara Korut ke Rusia adalah bagian dari kerja sama militer yang disepakati oleh Kim Jong-un dan Vladimir Putin. Perjanjian tersebut mencakup saling dukung dalam hal pertahanan. Analis menyebut langkah ini sebagai upaya Kremlin memperkuat pasukannya di tengah tekanan yang semakin besar dari Ukraina.

Namun, keputusan ini memunculkan kekhawatiran internasional. Zelenskyy memperingatkan bahwa kolaborasi ini dapat meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.

“Rusia dan Korut kini menghadirkan ancaman baru bagi stabilitas kawasan,” ujarnya pada Selasa (24/12/2024).

Kerja sama ini juga diawasi ketat oleh China, yang memiliki hubungan baik dengan kedua negara. Namun, hingga saat ini, Beijing belum memberikan tanggapan resmi terhadap perkembangan tersebut.

Penangkapan tentara Korut ini menjadi salah satu titik balik dalam konflik Rusia-Ukraina, menyoroti dimensi baru dalam perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun. Dengan meningkatnya keterlibatan Korut, dunia kini mengamati dengan cermat dampaknya terhadap geopolitik kawasan dan konflik global.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us