UNICEF: Jepang Peringkat ke-14 soal Kesejahteraan Anak

- Jepang naik ke peringkat ke-14 dari 36 negara maju dalam kesejahteraan anak secara keseluruhan menurut laporan UNICEF Innocenti.
- Anak-anak Jepang menempati peringkat pertama dalam kategori kesehatan fisik dan peringkat ke-12 dalam kategori keterampilan, namun peringkat ke-32 dalam kategori kesehatan mental.
- UNICEF menyerukan tindakan untuk mengatasi risiko seperti kekerasan dan perundungan di sekolah dan masyarakat, serta pemerintah Jepang akan meningkatkan upaya melawan bunuh diri di kalangan anak.
Jakarta, IDN Times - Menurut laporan UNICEF Innocenti yang dirilis pada Rabu (14/5/2025), Jepang menduduki peringkat ke-14 dari 36 negara maju dalam hal kesejahteraan anak secara keseluruhan. Peringkat tersebut merupakan peningkatan, dari posisi ke-20 dari 38 negara dalam laporan sebelumnya pada 2020.
UNICEF mengevaluasi kesejahteraan anak di negara-negara kaya yang menjadi anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan Uni Eropa. Laporan tersebut didasarkan pada tiga dimensi, yakni kesehatan fisik, kesehatan mental, dan keterampilan anak secara komprehensif (baik dari akademis, maupun sosial), dilansir NHK News.
Sementara, posisi teratas dalam peringkat keseluruhan terbaru dipegang oleh Belanda, Denmark, dan negara-negara Eropa lainnya. Amerika Serikat (AS) dan Australia tidak dimasukkan dalam peringkat karena kurangnya data.
1. Jepang belum peka terhadap isu kesehatan mental anak
Berdasarkan kategorinya, anak-anak Jepang menempati peringkat pertama dalam hal kesehatan fisik. Posisi tersebut tidak berubah dari survei sebelumnya. Hal ini diukur dari tingkat anak-anak yang kelebihan berat badan dan tingkat kematian anak.
Dalam kategori keterampilan, Jepang menempati peringkat ke-12, naik dari peringkat ke-27. Namun, berada di peringkat ke-32 dalam kategori kesejahteraan mental, naik dari peringkat ke-37.
"Di Jepang, kesadaran terhadap anak-anak yang memiliki masalah mental masih sangat kurang. Langkah-langkah yang diambil pemerintah belum efektif," kata Aya Abe, profesor di Tokyo Metropolitan University yang memiliki keahlian dalam isu kemiskinan anak dan remaja, dikutip dari Kyodo News.
2. Rumah dan sekolah mempengaruhi kesehatan mental anak

Negeri Sakura mengalami peningkatan dalam hal kepuasan hidup anak-anak. Persentase menyebut anak-anak dilaporkan cukup puas dengan kehidupan mereka. Akan tetapi, tingkat bunuh diri di kalangan remaja merupakan yang tertinggi keempat.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa hubungan di rumah dan sekolah merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kesejahteraan mental anak. Dikatakan, dukungan diperlukan guna membangun hubungan baik orang tua dan anak-anak. UNICEF menyerukan tindakan untuk mengatasi risiko, seperti kekerasan dan perundungan di sekolah dan masyarakat.
Badan PBB tersebut juga mencatat pandemik COVID-19 telah secara signifikan mengurangi kinerja akademis, serta kesehatan mental dan fisik anak-anak di negara-negara maju. Pihaknya menggarisbawahi agar setiap negara mengatasi masalah-masalah yang berdampak pada kesejahteraan anak-anak yang tumbuh di dunia modern dengan epidemik, konflik, dan perubahan iklim.
3. Jepang merespons dengan serius hasil laporan UNICEF

Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan bahwa pihaknya menanggapi dengan serius hasil laporan UNICEF terkait kesehatan mental tersebut.
"Pemerintah akan meningkatkan upaya berdasarkan rencana darurat yang disusunnya dua tahun lalu, guna memperkuat langkah-langkah melawan bunuh diri di kalangan anak. Ini meliputi pendidikan, kesadaran publik, dan deteksi dini," kata Hayashi dalam konferensi pers pada 14 Mei 2025.
Ia menambahkan, pemerintah juga akan mempromosikan terciptanya ruang yang aman dan terjamin di masyarakat. Nantinya, anak-anak dan kaum muda dapat berkonsultasi dengan penasihat, tanpa harus pergi ke tempat yang berbeda untuk setiap masalah.