Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

UNRWA Sebut GHF Beroperasi Seperti Tentara Bayaran di Gaza

ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengecam operasi distribusi makanan di Gaza yang dijalankan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Ia menuding lembaga yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Israel itu bertindak seperti tentara bayaran dan berkontribusi terhadap runtuhnya norma-norma kemanusiaan.

“Skema distribusi yang disebut ‘GHF’ adalah perangkap maut yang sadis. Penembak jitu menembaki kerumunan secara acak seolah-olah mereka diberi izin untuk membunuh. Ini tidak boleh menjadi norma baru kita; bantuan kemanusiaan bukanlah tugas para tentara bayaran,” kata Lazzarini dalam sebuah pernyataan pada Senin (21/7/2025).

Ia menambahkan bahwa krisis pangan yang terjadi akibat blokade Israel tidak hanya berdampak pada warga sipil Gaza, melainkan juga dokter, perawat, jurnalis, dan pekerja kemanusiaan. Mereka mengalami kelaparan dan kelelahan hingga kesulitan menjalankan tugas mereka, dilansir dari Anadolu.

1. Lebih dari 1.000 warga Palestina di Gaza dibunuh saat cari bantuan

GHF mulai beroperasi di Gaza pada akhir Mei, setelah Israel mengizinkan masuknya bantuan pangan dalam jumlah terbatas ke wilayah tersebut pascablokade total pada Maret. Namun, lembaga asal AS ini menuai kritik dari warga Palestina dan kelompok internasional lantaran operasinya menimbulkan banyak korban jiwa.

Menurut PBB, sejak GHF mulai mendistribusikan bantuan di Gaza, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 1.000 warga Palestina yang mencoba mendapatkan makanan.

“Pada 21 Juli, kami mencatat 1.054 orang tewas di Gaza ketika mencoba mendapatkan makanan; 766 di antaranya terbunuh di sekitar lokasi GHF dan 288 di dekat konvoi bantuan PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya,” kata juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, Thameen Al-Kheetan, pada Selasa.

2. Sebanyak 15 orang meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyebut pengeboman, kekurangan gizi, dan kelaparan yang dihadapi oleh 2,3 juta warga Palestina di Gaza sebagai pertunjukan horor, dengan tingkat kematian dan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa waktu terakhir.

Kementerian Kesehatan Gaza pun melaporkan bahwa sedikitnya 15 orang, termasuk empat anak-anak, meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi di wilayah tersebut dalam waktu 24 jam terakhir. Dengan demikian, total kematian akibat kelaparan di Jalur Gaza kini mencapai 101 orang, termasuk 80 anak-anak, sejak perang meletus pada Oktober 2023.

Direktur Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, Mohammed Abu Salmiya, mengatakan bahwa warga Palestina yang mengalami malnutrisi terus berdatangan ke rumah sakit-rumah sakit yang masih berfungsi setiap saat. Ia memperingatkan bahwa jumlah kematian akibat kelaparan kemungkinan akan terus bertambah.

3. Hamas kecam sikap diam negara-negara Arab dan Islam

Juru bicara Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir Al Balah, Khalil al-Daqran, menyebutkan sekitar 600 ribu orang menderita malnutrisi, termasuk sedikitnya 60 ribu ibu hamil.

"Rumah sakit sudah kewalahan dengan jumlah korban akibat tembakan. Mereka tidak dapat memberikan lebih banyak bantuan untuk gejala yang berhubungan dengan kelaparan karena kekurangan makanan dan obat-obatan," ujar Daqran.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan bahwa sudah waktunya untuk mematahkan pembatasan dan mengizinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza. Kelompok Palestina itu juga menyatakan keprihatinannya atas sikap diam negara-negara Arab dan Islam di tengah berlangsungnya genosida sistematis dan kelaparan yang melanda wilayah tersebut, dilansir dari Al Jazeera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us