Usai Perayaan Diwali, Kualitas Udara New Delhi Masuk Kategori Parah

- Kabut asap di New Delhi menyelimuti ibu kota India akibat perayaan Diwali yang menggunakan kembang api.
- Kualitas udara parah, dengan partikel mematikan tujuh kali lipat dari batas aman WHO.
- Pembakaran jerami oleh petani dan emisi industri juga berkontribusi terhadap polusi udara di New Delhi.
Jakarta, IDN Times - Lapisan tebal kabut asap beracun menyelimuti New Delhi, ibu kota India pada Jumat (1/11/2024). Hal ini merupakan dampak dari asap petasan yang digunakan untuk merayakan Diwali, festival cahaya yang menandai dimulainya Tahun Baru umat Hindu yang diadakan pada Oktober atau November.
Pemerintah Delhi telah melarang kembang api di dalam dan sekitar ibu kota, guna mencegah memburuknya kualitas udara ke tingkat berbahaya.
Kabut asap di daerah perkotaan justru makin parah pada saat ini. Sebab, suhu udara menurun, petani membakar jerami, dan pengunjung festival menyalakan kembang api. Ada kekhawatiran yang meningkat mengenai dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, dilansir NHK News.
1. Larangan penggunaan dan penjualan petasan tradisional memicu perdebatan
Menurut SAFAR, badan pemantau lingkungan utama India, indeks kualitas udara Delhi anjlok ke kategori parah. Di banyak daerah, bahkan kadar partikel yang mematikan mencapai tujuh kali batas aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Kualitas udara Delhi kemungkinan akan tetap berada di batas atas kategori 'sangat buruk' selama sisa minggu ini," kata Kementerian Ilmu Bumi, dikutip dari Reuters.
Sejak 2017, Delhi telah mengeluarkan aturan yang melarang penggunaan dan penjualan petasan tradisional. Serta, meminta orang-orang untuk memilih petasan ramah lingkungan atau pertunjukan cahaya sebagai gantinya, namun aturan tersebut sering dilanggar.
Beberapa kelompok Hindu mengatakan larangan tersebut mengganggu perayaan festival, sebuah posisi yang sebelumnya ditanggapi oleh pemerintah Delhi dengan mengatakan larangan itu bertujuan untuk menyelamatkan nyawa.
2. Praktik pembakaran sisa ladang sebabkan krisis polusi udara
Kabut asap pada Jumat juga bertepatan dengan pembakaran jerami di India utara, tempat para petani membakar sampah yang tersisa setelah memanen padi untuk segera membersihkan ladang untuk penanaman gandum.
Praktik pembakaran sisa tanaman tersebut menyebabkan krisis polusi udara terutama di musim dingin, bertepatan dengan suhu yang lebih dingin yang menjebak asap yang mematikan. Asap tersebut menyebar ke Delhi, menyebabkan lonjakan polusi dan memperburuk krisis kesehatan masyarakat.
Data pemerintah mengungkapkan, meski kontribusi kebakaran lahan pertanian terhadap polusi di Delhi kurang dari 2 persen pada Senin, namun angka tersebut meningkat menjadi hampir 28 persen pada Kamis.
Selain itu, emisi dari industri tanpa pengendalian polusi dan penggunaan batu bara, yang menghasilkan sebagian besar listrik India, juga menyumbang buruknya kualitas udara di daerah perkotaan.
3. New Delhi adalah salah satu kota paling tercemar di dunia

New Delhi merupakan rumah bagi lebih dari 33 juta jiwa, dan kerap kali menduduki peringkat sebagai salah satu kota paling tercemar di dunia.
Beberapa penelitian memperkirakan bahwa lebih dari satu juta orang India meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berhubungan dengan polusi udara. Partikel kecil di udara yang tercemar dapat bersarang di dalam paru-paru dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, Associated Press melaporkan.