HNW: Pemilih di Jakarta Tak Perlu Didikotomikan Anak Abah atau Bukan

- Hidayat Nur Wahid menyerukan agar pemilih di Pilkada DKI Jakarta 2024 tidak dibagi-bagi menjadi anak abah atau bukan.
- Ridwan Kamil menilai hasil survei Pilkada DKI Jakarta 2024 hanya sebagai alat merekam dinamika calon pemilih, bukan penentu takdir.
Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid alias HNW, mengatakan agar para pemilih di Pilkada DKI Jakarta 2024 tak dibagi-bagi ke dalam dua entitas berbeda, termasuk anak abah atau bukan.
Adapun anak abah selama ini dilekatkan kepada para pendukung Anies Baswedan yang saat itu turut berpartisipasi pada Pilpres 2024.
"Kalau menurut saya, kita gak perlu dikotomi soal anak Abah atau bukan anak Abah. Ini adalah penduduk warga Jakarta," kata HNW saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (8/11/2024).
1. Semua pemilih di Jakarta harus ditangkul

Menurut HNW, semua warga Jakarta yang telah memiliki syarat untuk memilih pemimpin perlu dirangkul sehingga tak perlu ada perdebatan terkait pemilih Jakarta.
Oleh karena itu, dia pun mengajak semua pihak agar tak perlu mendikotomikan para pemilih di Jakarta bagian dari anak Abah atau bukan.
"Biarlah itu bagian dinamika yang terus berjalan tidak perlu didikotomikan tidak perlu kemudian menjadi hal yang harus membuat semuanya," kata dia.
2. Respons Ridwan Kamil soal elektabilitas mulai kendor

Sementara itu, Calon Gubernur DKI Jakarta Nomor Urut 1, Ridwan Kamil menilai, hasil survei Pilkada DKI Jakarta 2024 hanya sarana untuk merekam dinamika calon pemilih. Ia menegaskan, survei bukan penentu takdir.
"Survei itu pembaca mood hari ini, bukan penentu takdir. Takdir itu dijemput dengan kita kerja-kerja maksimal," kata Ridwan Kamil.
Mantan Gubernur Jawa Barat itu mengakui hasil survei elektabilitas pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) bisa naik dan turun. Begitu pula dengan pasangan calon lain, selalu ada dinamika yang terjadi jelang pencoblosan.
"Yang namanya survei itu selalu naik turun, beda-beda," ujar dia.
3. Ridwan Kamil respons santai

Ridwan Kamil menanggapi santai terkait hasil survei yang menunjukkan persaingan ketat dalam Pilkada DKI Jakarta 2024.
Menurutnya, lebih penting bagaimana menjaga agar kontestasi berjalan sehat, adu program, serta kedewasaan dalam menyikapi dinamika Pilkada. Dengan begitu, iklim demokrasi yang baik bisa terwujud.
“Survei itu instrumen, alat ukur untuk membaca mood. Yang namanya alat, instrumen, itu kita perlu gunakan dengan bijak. Misalnya pisau, dipakai dengan bijak, bisa bantu kita untuk bikin hidangan enak,” ujar dia.
Ridwan Kamil menyebut, setiap lembaga survei memiliki cara masing-masing. Ia mengatakan, jika hasil survei belum sesuai harapan, maka perlu kerja keras agar mendongkrak elektoral.
Selain itu, politikus Partai Golkar itu juga menyoroti potensi suara besar dari kalangan pemilih yang belum menentukan pilihan alias undecided voters.
"Setiap lembaga punya cara berbeda, periode survei juga berbeda. Saat hasil survei sesuai harapan, kerja sampai garis finis. Kalau belum sesuai harapan, kerja dengan makin semangat, dua kali lipat,” kata dia.
“Dari sekian banyak survei, yang hasilnya juga macam-macam, benang merahnya yakni di undecided voters yang masih tinggi. Itu fokus kita semua,” ucap dia.