Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemenko PMK: Tekanan Hidup Pengaruhi Mental Remaja Akhiri Hidup

halodoc.com
Intinya sih...
  • Kasus bunuh diri di kalangan remaja meningkat, terutama akibat tekanan hidup dari persaingan global, tuntutan akademis, dan tekanan sosial.
  • Gaya hidup modern membuat remaja merasa tertekan untuk mengikuti tren atau mencapai standar sosial tertentu, menambah beban psikologis.

Jakarta, IDN Times - Deputi IV Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menyampaikan kekhawatiran tentang meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan remaja.

Terbaru, kasus mahasiswa Universitas Tarumanegara yang mengakhiri hidup dengan lompat dari lantai empat kampus.

Menurutnya, tekanan hidup yang dihadapi anak muda saat ini, mulai dari persaingan global, tuntutan akademis, hingga tekanan sosial, berdampak langsung pada kesejahteraan mental mereka.

“Tekanan yang dihadapi anak-anak muda kita ini semakin tinggi, bukan hanya persaingan di dalam negeri, tetapi juga persaingan global. Ditambah dengan tuntutan dari orangtua dan lingkungan, semua ini memperburuk kondisi kesehatan mental mereka,” kata Woro di Gedung Kemenko PMK, Senin (7/10/2024).

1. Gaya hidup mempengaruhi mental

Deputi IV Kemenko PMK, Ibu Woro Srihastuti Sulistyaningrum di Kemenko PMK (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Ia juga menekankan, gaya hidup modern membuat banyak remaja merasa harus mengikuti tren atau mencapai standar sosial tertentu. Hal ini turut menambah beban psikologis.

"Gaya hidup ini juga memengaruhi, ya, jadi melihat temannya seperti itu saya tidak. Ini kan artinya ada pengaruh dari sisi psikologisnya. Jadi ini memang sangat kompleks," ujar dia.

2. Akhiri hidup akibat depresi

Deputi IV Kemenko PMK, Ibu Woro Srihastuti Sulistyaningrum di Kemenko PMK (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Menurut data WHO, kasus mengakhiri hidup atau bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di dunia bagi kelompok usia 15-29 tahun setelah kecelakaan lalu lintas. 

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di beberapa kota besar menunjukkan angka bunuh diri di kalangan remaja mengalami peningkatan. Hal ini terutama akibat depresi yang dipicu oleh masalah akademik, tekanan keluarga, dan perasaan terisolasi.

3. Pemerintah akan serius tangani kesehatan mental

ilustrasi mengabaikan kesehatan (pexels.com/Alex Green)

Woro menegaskan, pemerintah Indonesia mulai memperhatikan isu kesehatan mental ini lebih serius.

Salah satu langkah yang diambil adalah memasukkan indikator kesehatan jiwa ke dalam pengukuran Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

“Ke depan, kesehatan mental akan menjadi bagian dari pengukuran IPP. Sebelumnya, kesehatan yang diukur hanya terkait aspek fisik seperti merokok dan keluhan kesehatan lainnya, tetapi kita akan fokus juga pada kesehatan jiwa,” ucap Woro.

 

Kesehatan mental bukan perihal sepele. Jika kamu mengalami atau mengetahui seseorang mengalami gejala depresi, menyakiti diri atau pemikiran untuk bunuh diri, segera cari bantuan profesional. Hubungi psikolog, psikiater, atau klinik kesehatan mental terdekat.

Layanan darurat Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN RSJMM) D’Patens24: 081197910000 (telepon hotline 24 Jam) dan 081380073120 (WhatsApp, Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB).

Layanan konseling telepon juga tersedia di RS Jiwa rujukan:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang: - UGD 24 Jam 024-6731543,

- Konsul jiwa gratis 24 jam : 0821 3000 3400 (call)

- Konsul jiwa gratis 5 hari kerja jam 09.00–15.00 WIB : 0821-3758-0805 (chat)

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor: (0251) 8324024, 8324025

RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta: (021) 5682841

RSJ Prof Dr Soerojo Magelang: (0293) 363601

RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang: (0341) 426015, 429067

Temukan bantuan kesehatan jiwa di rumah sakit umum, Puskesmas, biro psikologi, atau online. Komunitas swadaya di Indonesia juga menyediakan layanan konseling dan support group online sebagai alternatif untuk pencegahan bunuh diri dan dukungan dalam mengatasi gangguan kejiwaan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
Dini Suciatiningrum
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us