Menteri PPPA: Korupsi Bukan Cuma Statistik, Tapi Luka Kolektif

- Arifatul mengatakan, perempuan memiliki peran tak tergantikan dalam menyembuhkan luka kolektif tersebut. Menurutnya, perempuan memiliki sensitibitas moral dan tegas.
- Meski begitu, Arifatul menyadari masih ada perempuan yang justru terjerat dalam perkara korupsi. Menurutnya hal itu harus dijadikan refleksi.
- Berdasarkan data yang dirilis pada situs KPK, terdapat 1.757 pelaku korupsi sepanjang 2004-2025. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.581 laki-laki dan 176 Perempuan
Yogyakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi mengatakan, korupsi bukan sekadar statistik, tapi merupakan luka kolektif. Hal itu ia sampaikan ketika membuka sesi Integritas Perempuan Sebagai Penyelenggara Negara Dalam Melawan Korupsi pada peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2025 di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (8/12/2025).
"Hakordia mengajak kita untuk melihat korupsi bukan sebagai statistik tetapi sebagai luka kolektif," ujarnya.
1. Perempuan punya peran tak tergantikan

Arifatul mengatakan, perempuan memiliki peran tak tergantikan dalam menyembuhkan luka kolektif tersebut. Menurutnya, perempuan memiliki sensitibitas moral dan tegas.
"Perempuan memimpin dengan hati, dengan sensitivitas moral, dan dengan keberanian untuk menolak normalisasi praktek yang tidak semestinya," ujarnya.
2. Masih ada perempuan terjerat korupsi

Meski begitu, Arifatul menyadari masih ada perempuan yang justru terjerat dalam perkara korupsi. Menurutnya hal itu harus dijadikan refleksi.
"Ini menjadi pengingat bahwa integritas bukan otomatis melekat pada kelompok tertentu," ujarnya.
3. Ada 176 perempuan terjerat KPK

Berdasarkan data yang dirilis pada situs KPK, terdapat 1.757 pelaku korupsi sepanjang 2004-2025. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.581 laki-laki dan 176-nya perempuan.
Jumlah perempuan terjerat korupsi terbanyak pada 2018. Saat itu 30 dari 122 pelaku korupsi adalah perempuan.


















