Partai Buruh soal Kampanye Kabur Aja Dulu: Simbol Perlawanan!

- Anak muda Indonesia meluncurkan gerakan tagar #KaburAjaDulu sebagai bentuk kekecewaan terhadap kondisi Tanah Air yang penuh kesenjangan.
- Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, menilai gerakan ini sebagai bentuk perlawanan anak muda terhadap ketidakbecusan pemerintah dalam mengelola kesejahteraan masyarakat, khususnya lapangan pekerjaan.
Jakarta, IDN Times - Presiden Partai Buruh, Said Iqbal buka suara terkait gerakan tagar Kabur Aja Dulu (#KaburAjaDulu) di jejaring media sosial.
Gerakan ini digulirkan oleh anak muda Warga Negara Indonesia (WNI) sebagai bentuk kekecewaan terhadap kondisi Tanah Air yang penuh kesenjangan. Melalui gerakan tagar ini, mereka berpikir untuk pergi ke luar negeri dan meninggalkan Indonesia. #KaburAjaDulu juga untuk menyampaikan informasi tentang beasiswa pendidikan, pekerjaan, hingga ajakan tinggal di luar negeri.
1. Sebagai simbol perlawanan

Said menilai, gerakan ini merupakan bentuk perlawanan anak muda terhadap ketidakbecusan pemerintah dalam mengelola kesejahteraan masyarakat, khusus terkait lapangan pekerjaan.
"Kabur Aja Dulu itu adalah perlawanan oleh kaum muda, anak-anak muda yang sudah sekolahnya mahal, capek-capek belajarnya, tiba-tiba begitu memasuki dunia kerja karena udah lulus, lapangan pekerjaan tidak tersedia, minimal informasi bursa tenaga kerja lemah," kata dia kepada awak media di kawasan Jakarta Pusat, Senin (17/2/2025).
2. Kesejahteraan pekerja di Indonesia buruk

Sebagai Pengurus Pusat Organisasi Buruh Internasional (ILO) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Sadid menilai, kesempatan dan kesejahteraan pekerja di Indonesia masih buruk ketimbang negara lain. Hal ini yang menjadi faktor utama WNI lebih berminat berkarier di luar negeri.
"Saya keliling-keliling dunia. Negara lain yang menyediakan lapangan kerja itu negara, bukan kita yang nyari, karena kita bayar pajak. Makanya untuk negara membuat lapangan kerja itu wajib, misalnya melalui bursa tenaga kerja, melalui aplikasi tertentu, seperti di Amerika. Menteri tenaga kerja di Amerika itu ngetop. Hampir sama dengan menteri keuangan karena ditunggu kebijakannya apa," tegas dia.
3. Bentuk frustasi masyarakat

Tagar KaburAjaDulu populer di media sosial, salah satunya adalah X. Tagar ini menunjukkan gambaran kekecewaan atas kondisi yang dihadapi generasi muda terhadap kondisi di dalam negeri. Lembaga pemantau media sosial Drone Emprit memantau gejolak yang ada dari hastag ini di media sosial X.
Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, menjelaskan, tagar KaburAjaDulu adalah reaksi frustrasi atas situasi di Indonesia yang dirasakan sebagian warganet.
"Mereka mencari informasi lowongan kerja, tips persiapan berangkat, resiko yang harus dipertimbangkan, dan perbandingan tinggal di Indonesia vs LN," kata dia dalam cuitannya, dikutip IDN Times, Senin (17/2/2025).
Drone emprit mencatat, topik #KaburAjaDulu dilatarbelakangi beberapa hal. Pertama, tagar itu digunakan untuk mengekspresikan keinginan pindah ke luar negeri dan reaksi terhadap kondisi di Indonesia. Alasan pindahnya adalah karena kesempatan kerja yang lebih baik di luar negeri, kemudian gaji yang lebih tinggi, dan kondisi kerja yang lebih baik serta pengalaman hidup atau belajar di negara lain.
Selain itu, ada kondisi frustrasi dengan situasi di Indonesia. Topik ini juga menjelaskan soal lowongan kerja di berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, dan Qatar hingga tips serta saran untuk mencari pekerjaan di luar negeri dan pengalaman dari orang-orang yang telah berhasil pindah.
Drone Emprit menyebut, tren hastag ini mulai terlacak paling awal pada 8 Januari 2025 dengan interaksi yang kecil. Kemudian, baru viral setelah diangkat pada 14 Januari dan 6 Februari 2025.
Frustrasi warganet terhadap keadaan di Indonesia disebabkan berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan ekonomi, kualitas hidup yang menurun, ketidakadilan sosial, kebijakan pemerintah yang tidak memadai, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
"Muncul lah #KaburAjaDulu," kata dia.