Wabah COVID-19: RI Antisipasi Kepulangan TKI dari Malaysia dan ABK

ABK di kapal pesiar banyak yang kena imbas wabah COVID-19

Jakarta, IDN Times - Penyakit COVID-19 yang semakin meluas dan menjangkit di 178 negara turut berimbas kepada WNI yang mencari nafkah di luar Indonesia. Sebagian dari mereka ada yang sudah dirumahkan, bahkan kehilangan pekerjaannya. Situasi itu lah yang kini sedang dihadapi oleh sebagian besar WNI yang menjadi pekerja harian di Negeri Jiran dan anak buah kapal pesiar. 

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kemenlu, ada 11.838 ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal pesiar. Wabah COVID-19 menyebabkan banyak orang menunda liburan mereka dengan naik kapal pesiar. Apalagi kini mulai terbentuk stigma kapal pesiar merupakan salah medium untuk penyebaran wabah COVID-19 secara masif. 

Sementara, ada lebih dari 1 juta WNI yang diketahui bermukim dan bekerja di Malaysia. Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri belum menyebut dari angka itu berapa banyak WNI yang hendak kembali ke Tanah Air. Tetapi, menurut data dari Plt Gubernur Kepulauan Riau, H. Isdianto mengatakan ada 3.000 TKI setiap harinya yang tiba dari Singapura dan Malaysia masuk ke Tanah Air melalui jalur kepri. 

Untuk mencegah WNI dari luar negeri berpotensi membawa virus corona, maka pemerintah telah memperketat pengawasan di setiap pintu masuk menuju ke Tanah Air. 

"Akan diberlakukan protokol kesehatan yang berlaku begitu WNI tiba di pintu-pintu masuk Indonesia. Beberapa protokol yang akan dilakukan yakni satu, pemeriksaan kesehatan tambahan di pintu kedatangan. Dua, bagi WNI yang baru tiba akan diberikan health alert card," tutur Menlu Retno ketika memberikan keterangan pers secara virtual di kantor Kemenlu pada Selasa (31/3). 

Lalu, apa protokol yang diterapkan bagi WNI yang datang dari luar negeri dan menunjukkan gejala terinfeksi virus Sars-CoV-2?

1. Bagi WNI yang menunjukan gejala COVID-19 maka akan dikarantina di empat tempat berbeda

Wabah COVID-19: RI Antisipasi Kepulangan TKI dari Malaysia dan ABKMenlu Retno Marsudi (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Menlu Retno menjelaskan sesuai dengan protokol yang ada, maka ketika tiba di pintu-pintu masuk, WNI akan menjalani proses pemeriksaan kesehatan. Bila dinyatakan terinfeksi COVID-19, maka mereka akan langsung diisolasi dan menjalani karantina. 

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy yang ikut rapat terbatas bersama Retno menjelaskan khusus bagi WNI dari Malaysia maka penanganannya akan diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan. 

"Mereka akan diperiksa ulang mengenai kesehatannya dan dicek ulang identitas dan tujuan daerahnya. Pengecekan kesehatan akan menghasilkan dua status yaitu sehat alias tidak bergejala COVID-19 dan status bergejala COVID-19," tutur Muhadjir hari ini. 

Pemerintah, kata dia lagi, sudah menyiapkan empat tempat. Pertama, di pusat-pusat karantina yang sudah dikelola oleh Kementerian Sosial. Kedua, di Pulau Galang. 

"Ketiga, di Pulau Natuna. Keempat, di Pulau Sebaru," kata dia lagi. 

Baca Juga: RI Larang Masuk Pendatang Asing dan Transit Penerbangan ke Indonesia

2. Menlu Retno mendorong bagi WNI yang sehat agar isolasi mandiri

Wabah COVID-19: RI Antisipasi Kepulangan TKI dari Malaysia dan ABK(Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika memberikan keterangan pers) Dokumentasi Kemenlu

Sementara, bagi WNI yang dinyatakan sehat dalam pemeriksaannya diminta untuk tetap melakukan isolasi mandiri. 

"Karantina mandiri dilakukan selama 14 hari," kata Retno. 

Durasi 14 hari itu untuk memastikan bahwa memang WNI yang bersangkutan betul-betul tidak terinfeksi virus corona. 

3. Menlu Retno turut mendorong agar warga mengunduh aplikasi Peduli Lindungi

Wabah COVID-19: RI Antisipasi Kepulangan TKI dari Malaysia dan ABKAplikasi Peduli Lindungi (Dok. Kemenkominfo)

Hal lain yang turut diminta oleh Menlu Retno yakni supaya semua warga mengunduh dan menggunakan aplikasi bernama Peduli Lindungi. Aplikasi ini diklaim oleh pemerintah mampu mendeteksi siapa saja yang diajak kontak langsung oleh pasien COVID-19. Selain itu, aplikasi tersebut mampu memberikan peringatan bagi si pengguna untuk mendeteksi bila ia tengah berada di zona merah COVID-19. 

Dalam keterangan tertulisnya, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengatakan Peduli Lindungi adalah nama sementara. Ia pun tidak menampik konsep aplikasi yang dikembangkan oleh anak bangsa itu mirip dengan aplikasi buatan Singapura, TraceTogether. 

Selain menggandeng developer dalam negeri, aplikasi itu turut didukung oleh operator telekomunikasi dan Kementerian BUMN. 

"Aplikasi ini dibuat sesuai dengan konfigurasi di Indonesia, negara dengan 270 juta penduduk dan negara kepulauan," kata Johnny pekan lalu. 

Ia mengatakan aplikasi yang sudah tersedia di Google Play itu diharapkan akan diresmikan pada pekan ini oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Ia berharap Jokowi bisa memberikan nama resmi bagi aplikasi tersebut. 

https://www.youtube.com/embed/Bg4nZkBuZzQ

Baca Juga: Lacak Kontak Pasien COVID-19, RI Kembangkan Aplikasi Buatan Singapura

Topik:

  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya