Skrining Jiwa Gratis, KPAI Dorong Ubah Stigma Kesehatan Mental Anak

- Perubahan cara pandang terhadap kesehatan jiwa anak penting, menurut KPAI.
- Fenomena "invisible disability" semakin banyak terjadi dan menghambat perkembangan anak.
- Pertumbuhan fisik anak berkembang pesat, tetapi gizi jiwa tidak terpenuhi dan stigma negatif terhadap kesehatan jiwa masih kuat.
Jakarta, IDN Times – Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, menegaskan pentingnya perubahan cara pandang terhadap kesehatan jiwa anak. Ini jadi respons KPAI atas wacana Presiden Prabowo Subianto yang akan memberikan pemeriksaan kesehatan (medical check up) gratis termasuk kesehatan mental bagi masyarakat yang sedang berulang tahun mulai Februari 2025.
Dia menyebut, fenomena invisible disability, gangguan perilaku dan emosional yang tersembunyi. Hal ini kata dia, semakin banyak terjadi dan menghambat perkembangan anak.
"Dunia pendidikan kita sebenarnya sedang menghadapi situasi yang tidak biasa, terutama dalam mengenal jiwa anak. Karena ini jadi hambatan terbesar anak dalam mendapatkan pendidikan di saat ini," kata Jasra dalam keterangan kepada IDN Times, Selasa (4/2/2025).
1. Fisik berkembang tapi gizi jiwa anak tak terpenuhi

Menurutnya, pertumbuhan fisik anak berkembang pesat, tetapi gizi jiwa tidak terpenuhi, membuat kesehatan mental anak semakin rapuh. Sayangnya, stigma negatif terhadap kesehatan jiwa masih kuat, sehingga anak-anak enggan mengakses layanan psikologis.
Anak-anak justru menjauhi layanan kejiwaan karena takut terstigma dan mendapat tekanan lingkungan. Padahal, jiwa seharusnya menjadi sesuatu yang indah dan dirawat dengan layanan yang benar.
"Karena selama ini, anak terlanjur terpapar bahwa isu atau soal kesehatan jiwa di identik kan dengan orang gila, sehingga ada cara pandang yang salah," kata dia.
2. Saat anak dipanggil guru BK merasa sebagai kutukan

Jasra menyoroti bagaimana narasi yang salah telah terbentuk sejak dini. Ketika seorang anak dipanggil guru Bimbingan Konseling (BK), dianggap sebagai kutukan. Isu kesehatan jiwa identik dengan gangguan mental berat, sehingga anak takut untuk mengenal dan merawat jiwanya sendiri.
"Diksi dan narasi yang menuju kesehatan jiwa, sudah terlanjur di narasi kan negatif dalam berbagai problematika hidup anak. Ini yang harus diperbaiki," katanya.
3. Implementasi jelas dari sejumlah Undang-Undang yang dukung kesehatan mental anak

Dia menekankan perlunya mitigasi layanan kejiwaan yang komprehensif, termasuk melalui kebijakan baru yang sedang disiapkan terkait perlindungan anak di dunia digital. Indonesia, kata dia, butuh implementasi yang jelas dari Undang-Undang Kesehatan Jiwa, Perlindungan Data Pribadi, serta kebijakan pendidikan yang mendukung kesehatan mental anak.
Menurut Jasra, tanpa perubahan pola pikir, generasi masa depan akan semakin rentan terhadap gangguan mental dan kecanduan yang memperburuk kondisi jiwa mereka.
"Mengenalkan budaya baru dengan merawat dan mengenal jiwa itu sangat indah, dan memberi ruang rutin dalam mengasah jiwa dan memberikan akses layanan kesehatan jiwa yang layak," katanya.
4. Skrining kesehatan mental gratis

Pemerintah mengucurkan anggaran negara 2025 sebesar Rp3,2 triliun untuk program skrining kesehatan gratis termasuk pemeriksaan mental. Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, program cek kesehatan mental gratis dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia.
“Kalau dulu COVID-19 ada aplikasi Peduli Lindungi, saya imbau sekarang untuk unduh aplikasi SsatuSehat dari sekarang karena di sana bisa daftar, pilih puskesmasnya di mana dan waktunya kapan. Hasilnya pun nanti akan dikirim secara digital lewat aplikasi SatuSehat,” kata dia, dikutip dari ANTARA, Minggu (2/1/2025).
Budi menjelaskan, skrining kesehatan mental gratis ini terbagi menjadi dua program, yakni untuk usia sekolah dan di luar usia sekolah (di bawah maupun di atas usia sekolah).
"Pemeriksaan kesehatan mental untuk usia sekolah akan dilakukan di sekolah setiap ajaran baru dimulai. Sementara di luar usia sekolah dapat melakukannya melalui aplikasi, diawali dari pendaftaran hingga pemilihan jadwal skrining" katanya.