Akhirnya Thailand-Kamboja Bakal Dialog Damai, Difasilitasi Malaysia

- Thailand dan Kamboja akhirnya bertemu dalam perundingan perdamaian yang difasilitasi Malaysia setelah lima hari bentrokan berdarah.
- Ancaman tarif dari Trump mendorong langkah damai, dengan Amerika Serikat mengirim tim mediasi ke Malaysia.
- Kedua negara masih memiliki pendekatan berbeda terkait gencatan senjata, sementara ASEAN diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam mencegah konflik kawasan.
Jakarta, IDN Times – Setelah bentrokan berdarah selama lima hari, Thailand dan Kamboja akhirnya bertemu dalam perundingan perdamaian yang digelar hari ini, Senin (28/7/2025), di Kuala Lumpur, Malaysia.
Pertemuan ini menandai upaya diplomatik pertama sejak pecahnya konflik pada 24 Juli, yang telah menewaskan lebih dari 30 orang dan menyebabkan lebih dari 150 ribu orang mengungsi.
Dialog yang dijadwalkan berlangsung pukul 15.00 waktu Malaysia ini difasilitasi Perdana Menteri Anwar Ibrahim, selaku Ketua ASEAN 2025. Hadir dalam pertemuan tersebut adalah Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet.
“Pertemuan ini dimaksudkan untuk mendengarkan semua usulan yang bisa membantu mengembalikan perdamaian,” kata juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Houngsub, dikutip Bangkok Post.
1. Didorong Ancaman Tarif dari Trump

Langkah damai ini datang setelah tekanan diplomatik dan ekonomi dari Presiden AS Donald Trump, yang mengancam tidak akan membuat kesepakatan dagang dengan kedua negara selama konflik terus berlangsung.
“Saya mengatakan pada mereka, kami tidak akan bikin perjanjian dagang kalau kalian belum selesaikan perang ini. Saya rasa begitu saya menutup telepon, mereka langsung ingin menyelesaikannya,” kata Trump kepada awak media dari Scotlandia, Minggu kemarin.
Trump juga mengatakan, ia siap melanjutkan kesepakatan dagang dengan kedua negara begitu perdamaian tercapai.
“Saat semuanya selesai dan perdamaian tercapai, saya menantikan menyelesaikan kesepakatan dagang kita!” tulisnya di Truth Social.
Amerika Serikat mengirimkan tim mediasi ke Malaysia. Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan, pejabat AS sudah berada di lokasi dan terus berkomunikasi dengan kedua pihak.
“Kami ingin konflik ini segera berakhir. Baik Presiden Trump dan saya tetap terlibat langsung dengan masing-masing pemimpin,” kata Rubio.
Sementara itu, China, sebagai mitra dagang utama Thailand dan Kamboja serta pendukung besar Phnom Penh, juga dilaporkan akan ikut serta dalam pembicaraan.
2. Perbedaan Sikap Thailand dan Kamboja

Menjelang pertemuan, kedua negara masih memiliki pendekatan berbeda terkait gencatan senjata. Kamboja menyatakan terbuka terhadap penghentian tembak-menembak tanpa syarat, sementara Thailand menegaskan gencatan senjata hanya bisa dilakukan jika disertai penarikan pasukan dan penghentian senjata mematikan.
“Pemerintah Thailand tetap berkomitmen mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah. Setiap jengkalnya,” ujar Jirayu.
Bentrokan di perbatasan sejauh 800 km antara Thailand dan Kamboja sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 35 orang, termasuk 8 tentara Thailand dan 5 personel militer Kamboja. Kedua pihak saling menuduh lawan menargetkan warga sipil.
Thailand mengklaim Kamboja menggunakan artileri berat pada Senin dini hari. Sebagai balasan, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 dan Gripen untuk menyerang posisi militer Kamboja.
3. Harapan pada ASEAN

Banyak pengamat menyayangkan keterlibatan AS harus mendahului upaya mediasi ASEAN. Namun, pertemuan di Kuala Lumpur hari ini dinilai menjadi ujian besar bagi ASEAN untuk menunjukkan kembali kemampuannya dalam mencegah konflik kawasan.
“Thailand dan Kamboja seharusnya tak perlu menunggu tekanan Trump, dan bisa mengandalkan ASEAN sejak awal,” ujar Fuadi Pitsuwan, dosen hubungan internasional di Universitas Thammasat, Thailand.