AS-China Sepakat Gelar Pembicaraan soal Kontrol Senjata Nuklir

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri China akan melakukan pembicaraan mengenai pengendalian senjata dan non-profilerasi nuklir dengan Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari mendatang. Pada Rabu (2/11/2023), Wall Street Journal melaporkan pembahasan akan dilakukan minggu depan.
Menurut rencana sementara ini, pemimpin pembicaraan dari AS adalah Mallory Stewart, pejabat senior Departemen Luar Negeri. China akan diwakili kepala departemen pengendalian senjata di Kementerian Luar Negeri China.
Kabar AS-China akan melakukan pembicaraan kontrol senjata nuklir itu terjadi menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Washington. Namun sejauh ini, baik China atau AS belum memberikan penjelasan mengenai waktu tepatnya atau format perundingan tersebut.
1. China diperkirakan akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030

Pada 2021, penasihat Keamanan Naisional AS Jake Sullivan mengatakan, Presiden China dan AS telah sepakat untuk memulai diskusi mengenai stabilitas strategis. Hal itu merujuk pada kekhawatiran AS tentang pengembangan senjata nuklir Beijing.
Dilansir Reuters, sejak itu para pejabat AS frustrasi karena China dinilai tidak begitu tertarik membahas pengurangan senjata nuklir. Pada Oktober lalu, Pentagon mengatakan Beijing memilki lebih dari 500 hulu ledak nuklir. Pada 2030, diperkirakan China akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak.
Pembicaraan terkait kontrol senjata nuklir akan menjadi pembicaraan pertama sejak pembicaraan terakhir dilakukan di era pemerintahan Barack Obama.
Ada kemungkinan, pembicaraan kali ini dilakukan sebelum pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di San Fransisco. Namun rincian rencana pertemuan itu belum diselesaikan.
2. Tidak ada terobosan dalam waktu dekat
Hubungan Washington dan Beijing telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Ini terjadi sejak AS menembak jatuh balon mata-mata China, yang diduga berada di wilayah AS pada Februari.
Ini juga termasuk tentang keengganan Beijing membicaraan soal kontrok senjata. Namun, AS telah berupaya menyelamatkan hubungan yang memburuk dengan cepat tersebut.
Ditektur eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata, Daryl Kimball, mengatakan bahwa perundingan yang tertunda kemungkinan akan fokus pada peningkatan transparansi doktrin nuklir masing-masing negara.
"Namun, menurut saya, kita tidak bisa mengharapkan adanya terobosan dalam waktu dekat. Itu akan membutuhkan waktu dan saling memberi dan menerima dari kedua belah pihak," katanya, dilansir The Guardian.
3. Perlombaan senjata nuklir tiga arah

AS telah berusaha untuk mencegah perlombaan senjata nuklir tiga arah, yakni dengan Rusia dan China. Ini terutama terkait pembicaraan mengenai perpanjangan perjanjian New Start yang berakhir pada 2026.
Menurut Time, pada Juni lalu, Biden siap untuk terlibat dalam pengendalian senjata nuklir dengan Rusia. Namun di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin berencana untuk tidak lagi berpartisipasi dalam perjanjian New Start.
Di sisi lain, AS juga melihat bahwa penumpukan senjata yang dilakukan China harus diperhitungkan.
Sullivan juga mengatakan, rencana Beijing untuk memiliki 1.500 hulu ledak nuklir pada 2035 merupakan salah satu pembangunan nuklir masa damai terbesar dalam sejarah.