AS Ditegur akibat Menguping Percakapan Sekretaris Jenderal PBB

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyuarakan keprihatinannya kepada Amerika Serikat (AS) atas laporan bahwa mereka menguping percakapan pribadi Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dan pejabat senior lainnya. Hal ini diungkapkan langsung oleh juru bicara PBB, Stephane Dujarric, pada Selasa (19/4/2023).
Sebelumnya, sejumlah artikel yang melaporkan bahwa file Pentagon yang bocor tampaknya menunjukkan bahwa Washington telah memantau dengan cermat percakapan antara sekretaris jenderal dan stafnya. Namun, laporan tersebut tidak menyebutkan apakah AS menggunakan alat pengintai atau tidak.
1. Ketahuan menguping, AS disebut tidak menjalani kewajiban dalam Piagam PBB

The Washington Post melaporkan pada pekan ini bahwa dokumen-dokumen itu termasuk tuduhan memalukan bahwa Guterres telah mengungkapkan rasa frustrasinya kepada presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. Selain itu, Guterres juga "marah" ketika rencananya untuk mengunjungi wilayah yang dilanda perang di Ethiopia ditolak mentah-mentah.
Dokumen-dokumen itu merupakan laporan keamanan nasional, yang diduga bocor ke platform Discord oleh seorang anggota Massachusetts Air National Guard. Dokumen itu memuat rahasia tentang segala sesuatu mulai dari celah dalam pertahanan udara Ukraina hingga secara spesifik bagaimana Amerika Serikat memata-matai sekutu dan mitranya.
“Kami telah memperjelas bahwa tindakan seperti itu tidak sejalan dengan kewajiban Amerika Serikat sebagaimana disebutkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan konvensi tentang hak istimewa dan kekebalan Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dilansir The Guardian.
2. AS tidak terima Guterres mempermudah ekspor biji-bijian Rusia melalui Laut Hitam

Jack Teixeira, seorang penjaga nasional udara berusia 21 tahun, ditangkap minggu lalu karena dicurigai membocorkan ratusan dokumen pertahanan rahasia dan didakwa berdasarkan Undang-Undang Spionase. Menanggapi kebocoran tersebut, Pentagon telah bergerak untuk memperketat akses ke informasi rahasia dan Departemen Pertahanan AS meninjau prosedur keamanannya.
Pentagon menggambarkan percakapan pribadi antara Sekjen PBB dan wakilnya dan menyimpulkan: “Guterres menekankan upayanya untuk meningkatkan kemampuan ekspor Rusia," dilansir The Guardian. “Bahkan jika itu melibatkan entitas Rusia yang terkena sanksi atau individu," tulis Pentagon.
AS merasa Guterres terlalu bersimpati pada kepentingan Rusia ketika dia membantu menengahi kesepakatan biji-bijian di Laut Hitam di tengah kekhawatiran krisis pangan global. AS menganggap hal itu sebagai keberpihakkan Guterres terhadap Rusia.
3. AS tak ingin mengomentari substansi dokumen yang bocor

Menurut laporan ringkasan tertanggal 17 Februari, Guterres ingin mengonfrontasi perwakilan Ethiopia untuk PBB, Taye Atske Selassie Amde. Hal tersebut tak lepas dari tindakan Menteri Luar Negeri Ethiopia, Demeke Mekonnen, yang tampaknya mengirim surat kepada Guterres, menolak rencana Sekjen PBB itu untuk mengunjungi wilayah Tigray.
Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray menandatangani perjanjian damai pada November setelah konflik dua tahun, meskipun ketegangan masih ada hingga saat ini.
“Guterres ingin Taye menyampaikan kemarahannya kepada Demeke, berseru bahwa ini adalah pertama kalinya dia menerima surat semacam itu dari pemerintah mana pun selama masa jabatannya sebagai UNSG, tetapi dia menjamin bahwa itu akan menjadi yang terakhir dan bahwa Demeke 'tidak akan memiliki kesempatan untuk melakukannya. tulis surat lain seperti itu,'” tulis dokumen itu.
Pada KTT Uni Afrika di ibu kota Ethiopia, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed "meminta maaf kepadanya karena menolak rencana kunjungan Guterres ke wilayah Tigray," kata Guterres kepada pejabat PBB pada 19 Februari, menurut dokumen itu.
Pemerintah AS belum menanggapi substansi kebocoran tersebut. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan: "Ini bukan sesuatu yang dapat kami konfirmasi dan, sebagai prinsip, masalah intelijen seperti metode pengumpulan bukanlah sesuatu yang akan pernah kami diskusikan," dilansir The Washington Post.