AS Pantau Ketat Suriah yang Semakin Memanas

- AS memantau situasi meningkat di Suriah, kritik rezim Assad yang menolak proses politik sesuai UNSCR 2254.
- AS menyerukan de-eskalasi, perlindungan warga sipil dan minoritas, serta dimulainya proses politik kredibel untuk mengakhiri perang saudara Suriah.
- Pertempuran antara pasukan rezim Assad dan kelompok antirezim meletus di pedesaan barat provinsi Aleppo, kelompok antirezim merebut sebagian besar wilayah hingga Idlib.
Jakarta, IDN Times - AS memantau dengan saksama situasi yang meningkat di Suriah, menurut pernyataan dari juru bicara Dewan Keamanan Nasional Sean Savett pada Sabtu (30/11/2024).
Pernyataan tersebut mengkritik rezim Assad karena menolak terlibat dalam proses politik yang digariskan oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB (UNSCR) 2254.
"Amerika Serikat tidak ada hubungannya dengan serangan ini, yang dipimpin oleh Hay'at Tahir al-Sham (HTS), yang ditetapkan sebagai organisasi teroris," katanya, dilansir ANTARA.
1. AS menyerukan de-eskalasi segera

Savett menekankan bahwa AS menyerukan de-eskalasi segera, perlindungan warga sipil dan kelompok minoritas, dan dimulainya proses politik yang kredibel untuk mengakhiri perang saudara Suriah melalui penyelesaian yang selaras dengan UNSCR 2254.
"Kami juga akan terus sepenuhnya membela dan melindungi personel AS dan posisi militer AS, yang tetap penting untuk memastikan bahwa ISIS (Daesh) tidak akan pernah bangkit lagi di Suriah," tambahnya dikutip ANTARA dari Anadolu.
2. Pertempuran meletus antara pasukan rezim Assad dan kelompok bersenjata antirezim

Pertempuran meletus pada 27 November, antara pasukan rezim pemerintahan Presiden Suriah Bashar al Assad dan kelompok bersenjata antirezim di pedesaan barat provinsi Aleppo di Suriah utara, Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Pasukan pemberontak itu berhasil menguasai setengah wilayah Aleppo karena pasukan pemerintah memilih mundur.
Sejak 27 hingga 28 November, kelompok HTS bergerak cepat dari pedesaan barat menuju pusat kota. Kelompok tersebut merebut sebagian besar wilayah tersebut pada Sabtu (30/11/2024). Kelompok bersenjata tersebut menguasai Khan Shaykun pada Sabtu malam, dan menguasai seluruh Idlib.
3. Warga jadi korban pertempuran

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Krisis Suriah, David Carden melaporkan pertempuran selama tiga hari telah menewaskan 27 warga sipil termasuk anak 8 tahun. PBB menyatakan keprihatinan mendalam atas perkembangan situasi di barat laut Suriah, dilansir Al Jazeera.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan melaporkan lebih dari 14 ribu orang telah mengungsi akibat pertempuran tersebut. Sekitar setengah dari pengungsi merupakan anak-anak yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.