Bolivia Kecam Argentina usai Tuding Kudeta di Negaranya Palsu

- Pemerintah Bolivia mengecam pernyataan Presiden Argentina terkait kudeta militer di negaranya.
- Presiden Luis Arce menegaskan bahwa insiden tersebut merupakan kudeta militer untuk merenggut suara rakyat dan demokrasi.
- Presiden Milei menyebut kudeta militer digerakkan oleh pemerintah Bolivia sendiri dan menyebut adanya ratusan tahanan politik di negara tersebut.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Bolivia memanggil Duta Besar (Dubes) Argentina di La Paz Marcelo Massoni terkait pernyataan Presiden Argentina Javier Milei terkait kudeta militer di negaranya. Pihaknya menganggap Buneos Aires menunjukkan sikap tidak bersahabat.
Pada April lalu, hubungan kedua negara sempat memanas usai tuduhan dari Menteri Keamanan Argentina Patricia Bullrich soal keberadaan pasukan IRGC (Islamic Revolutionary Guard Corps) di Bolivia. La Paz menampik tuduhan Buenos Aires dan menyebut tidak ada bukti dari tudingan tersebut.
1. Kecam pernyataan Milei terkait percobaan kudeta militer
Menteri Kepresidenan Bolivia Maria Nela Prada mengecam pernyataan Milei dan menyebutnya tidak berdasarkan kenyataan. Ia pun menyebut bahwa Presiden Argentina tersebut selalu menampik fakta dan ikut campur urusan dalam negeri Bolivia.
"Pemerintah Bolivia menolak keras pernyataan dari Presiden Argentina Javier Milei terkait dengan percobaan kudeta militer di Bolivia. Selama ini, Argentina selalu mengutarakan pernyataan tidak jelas yang berlebihan dan tidak dapat kami terima," terangnya pada Senin (1/7/2024).
Dilansir Mercopress, Presiden Bolivia Luis Arce juga menekankan bahwa negaranya punya hak untuk hidup dalam demokrasi dengan karakteristik interkultural. Ia pun menegaskan bahwa insiden tersebut memang kudeta militer untuk merenggut suara rakyat dan demokrasi.
Ia pun menyayangkan pernyataan Milei dan mengingatkan terkait intervensi asing dalam urusan dalam negeri Bolivia pada 2019. Kala itu, Bolivia dilanda krisis yang memaksa mantan Presiden Evo Morales untuk mundur dan mengasingkan diri.
2. Milei sebut demokrasi Bolivia dalam bahaya di bawah Presiden Arce
Pada Minggu (30/6/2024), Presiden Milei menyatakan komentar kontroversial terkait kudeta militer di Bolivia. Ia menyebut bahwa kudeta militer tersebut sebenarnya digerakkan oleh pemerintah Bolivia sendiri dan menyebut Presiden Luis Arce mengontrol tiga cabang pemerintahan negara.
"Demokrasi Bolivia berada dalam bahaya, tapi bukan karena percobaan kudeta militer. Namun, mengenai situasi institusional di Bolivia di bawah kepemimpinan pemerintahan sosialis yang mengarah ke autoritarianisme, seperti di Kuba, Venezuela, Nikaragua, dan Korea Utara," tuturnya, dikutip EFE.
Ia pun menyebut bahwa sudah ada ratusan tahanan politik di Bolivia sejak berada di bawah kepemimpinan Presiden Arce pada 2020.
"Sejak dipimpin Presiden Arce, sudah ada lebih dari 200 tahanan politik di Bolivia, termasuk di antaranya adalah mantan presiden sementara Bolivia Jeanine Anez dan mantan Gubernur Santa Cruz Luis Fernando Camacho yang dipersekusi imbas krisis sosial politik pada 2019," tambahnya.
3. Morales menduga Arce berusaha kudeta dirinya sendiri

Menanggapi percobaan kudeta militer di Bolivia, Morales mengatakan masih bingung dengan insiden yang berujung pada dipecatnya Panglima Militer Bolivia Jose Zuniga usai menggerakkan pasukannya.
Ia pun menduga bahwa kudeta militer tersebut seperti direkayasa dan menyebut Presiden Arce berusaha mengkudeta dirinya sendiri.
"Presiden Arce (Lucho) menipu seluruh rakyat Bolivia dan seluruh dunia dengan mengkudeta dirinya sendiri. Saya ragu dengan aksi militer terhadap pemerintah yang disebut upata kudeta militer dan ini kemungkinan sebenarnya digerakkan oleh Presiden Arce," terangnya.
Komentar ini semakin memperparah perpecahan dan ketegangan antara Arce dan Morales di dalam Partai MAS (Movimiento al Socialismo). Arce pun menyebut bahwa Morales dan pengikutnya berniat mengambilalih Partai MAS untuk kepentingan pribadinya.