Brasil Mau Balas Tarif AS, tapi Prioritaskan Negosiasi

- Brasil bernegosiasi dengan AS terkait tarif 10% untuk barang impor, prioritaskan dialog terbuka
- Potensi kerugian dan keuntungan baru bagi Brasil akibat perang dagang dengan AS, ekspansi perdagangan dengan negara lain dan blok Mercosur serta Uni Eropa
- Brasil memiliki cadangan internasional kuat, meningkatkan upah minimum, penyerapan tenaga kerja, kredit semakin kuat, tidak akan tergantung pada AS
Jakarta, IDN Times - Brasil mengatakan akan memprioritaskan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk menyelesaikan pemberlakuan tarif sebesar 10 persen terhadap barang impor asal negaranya.
"Sesuai arahan dari Menteri Perdagangan Brasil, Geraldo Alckmin, kami diharuskan untuk bernegosiasi dan bernegosiasi. Kami akan mengadakan dialog terbuka dengan AS mengenai penetapan tarif ini," tutur Sekretaris Perdagangan Luar Negeri Brasil, Tatiana Prazeres, dikutip Yahoo News, Jumat (11/4/2025).
Sebagai informasi, AS adalah rekan dagang terbesar kedua Brasil setelah China. Sementara itu komoditas ekspor utama Brasil ke AS berupa baja, minyak mentah, pesawat terbang, kopi, selulosa dan daging sapi.
Sebelumnya, Presiden Brasil Lula da Silva mengaku tidak memungkiri kemungkinan penetapan kebijakan balasan atas tarif dari AS, tapi, ia mengutarakan komitmen untuk berdialog. Sedangkan Parlemen Brasil sudah memperbolehkan respons tarif dari AS.
1. Sebut perang dagang beri dampak negatif dan positif bagi Brasil
Prazeres mengatakan bahwa perang dagang AS ini akan menciptakan kerugian dan keuntungan baru bagi Brasil. Ia pun melihat adanya potensi ekspor yang tidak akan sampai ke AS.
"Pada perang dagang yang pertama, kami melihat peningkatan ekspor kedelai ke China. Namun, ini tentu bukanlah skenario yang kami harapkan karena terdapat risiko yang sangat signifikan di balik itu. Kami juga melihat ancaman dampak naiknya ekspor dari Asia yang tidak sampai ke AS," terangnya.
Ia menyebut, pemerintah Brasil akan mengekspansi perdagangan dengan negara lain dan sejumlah blok. Ia mengutarakan mengenai perjanjian perdagangan dengan blok Mercosur, dan Singapura pada 2023, serta Uni Eropa pada 2024.
Melansir Folha de Sao Paulo, Brasil sudah mengupayakan ekspansi negosiasi perdagangan dengan Kanada, Meksiko, dan sejumlah negara Asia unutk mengurangi dampak dari tarif yang ditetapkan Presiden AS, Donald Trump.
2. Lula sebut Brasil siap hadapi tantangan global
Pada Senin (7/4/2025), Lula da Silva mengatakan bahwa Brasil memiliki cadangan internasional yang kuat yang akan mampu menahan negaranya menghadapi tantangan global, termasuk tarif dari AS.
"Kami sudah membayar hutang luar negeri Brasil. Kami sudah membangun cadangan internasional yang mencapai 370 miliar dolar AS (Rp6.223 triliun) yang memastikan negara mampu melawan segala krisis," ungkapnya, dikutip Mercopress.
Pemimpin Partai Pekerja (PT) itu menambahkan, upah minimum di Brasil sudah meningkat di atas laju inflasi dalam 2 tahun trakhir. Ia pun menyebut, penyerapan tenaga kerja terus meningkat dan kredit semakin kuat di Brasil.
Lula mengatakan bahwa Brasil tidak akan tergantung dengan AS dan negara lain, serta hanya akan bergantung pada seluruh rakyat Brasil.
3. Brasil tetapkan visa kepada warga AS, Kanada, dan Australia
Pada hari yang sama, Menteri Pariwisata Brasil, Celso Sabio menetapkan syarat visa kepada warga negara AS, Kanada, dan Australia untuk berkunjung ke negaranya. Langkah ini sebagai balasan atas penetapan visa kepada warga Brasil.
"Keputusan ini diambil pada Mei 2023 mengenai prinsip resiprokal dan Brasil tidak memberikan pembebasan unilateral kunjungan. Untuk sementara waktu, perjanjian pencabutan visa sedang dinegosiasikan dengan negara-negara tersebut," ungkapnya.
Ia menambahkan, Brasil sedang mengupayakan pembebasan visa bagi warga Brasil yang hendak berkunjung ke AS. Dengan ini, warga AS akan dapat kembali berkunjung ke Brasil tanpa visa.